ISLAMTODAY ID- Pejabat Tinggi Keamanan Rusia menyatakan bahwa beberapa perusahaan AS menggunakan konflik untuk ekspansi ekonomi.
Perusahaan dan lembaga keuangan Amerika sedang melakukan ekspansi cepat ke Eropa, menggunakan krisis di Ukraina untuk keuntungan mereka, sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolay Patrushev, memperingatkan selama pertemuan badan tersebut pada hari Selasa (31/5).
“Antara lain, perusahaan AS telah mengambil kendali mereka di segmen pasar gas Eropa,” ungkap Nikolay Patrushev, seperti dilansir dari RT, Selasa (31/5).
Semikonduktor dan sektor teknologi tinggi lainnya dari ekonomi Eropa juga sangat menarik bagi Amerika.
Rusia adalah pemasok utama energi ke UE, khususnya gas alam, sebelum krisis Ukraina menimbulkan keraguan pada masa depan perdagangan.
Setelah AS, Brussel memberlakukan berbagai sanksi ekonomi terhadap Moskow, mengklaim bahwa sanksi tersebut dimaksudkan untuk memberi harga pada serangan ke Ukraina dan memaksa mundur.
UE telah memberlakukan embargo pada batubara dan minyak mentah Rusia dan menyatakan akan sepenuhnya memangkas pasokan di tahun-tahun mendatang.
Bahkan sebelum permusuhan, AS telah menekan negara-negara Eropa untuk mengurangi perdagangan mereka dengan Rusia.
Kritikus mengatakan Washington tertarik untuk memaksa gas Rusia keluar dari Eropa dan menggantinya dengan gas alam cair Amerika yang lebih mahal.
Seorang pejabat era Trump pernah menggambarkan produk AS sebagai “molekul kebebasan” karena pemerintah menuntut agar Jerman menghapus pipa gas Nord Stream 2.
Proyek, yang sepenuhnya selesai dan hanya menunggu persetujuan peraturan dari Jerman, ditangguhkan setelah Rusia melancarkan serangannya terhadap Ukraina.
Rusia menyerang negara tetangga pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(Resa/RT)