ISLAMTODAY ID-Menteri luar negeri China Wang Yi mengatakan China akan berkolaborasi dengan Rusia untuk memajukan “demokrasi sejati.”
“China bersedia bekerja sama dengan Rusia dan komunitas global untuk mempromosikan demokrasi nyata berdasarkan kondisi negara itu sendiri,” ujar Wang dalam sambutan yang disampaikan melalui tautan video ke pertemuan puncak think tank China-Rusia.
Selain itu, Sergei Lavrov, menteri luar negeri Rusia, juga berpartisipasi.
“China dan Rusia harus terus bergandengan tangan dengan negara-negara cinta damai di dunia untuk menjaga tatanan global dengan PBB sebagai intinya dan berdasarkan hukum internasional,” ungkap Wang, seperti dilansir dari ZeroHedge, Sabtu (4/6).
Menurut The Independent, dalam referensi yang jelas tentang kebijakan luar negeri AS, “Wang mengatakan ‘memonopoli’ definisi demokrasi dan hak asasi manusia untuk mempengaruhi negara lain adalah taktik yang ‘pasti akan gagal’.”
Dalam kritik terselubung terhadap ekspansi NATO yang dipimpin AS dan perang ekonomi melalui sanksi, Wang mengatakan bahwa keamanan global tidak boleh dikejar dengan “menguatkan kelompok militer” dan “memecah rantai pasokan.”
Konsisten dengan gagasan perlawanan terhadap serangan sanksi multi-front Barat, pekan lalu China dan Rusia memveto resolusi PBB sponsor AS yang akan memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara sebagai tanggapan atas 23 uji coba rudal balistik antarbenua negara itu tahun ini.
Suara Dewan Keamanan adalah 15-2. Setelah itu, China dan Rusia malah menyerukan dialog baru.
Dalam sambutannya pada hari Rabu (1/6), Wang mengatakan bahwa China dan Moskow akan terus memberikan kontribusi penting bagi hubungan internasional sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB.
China telah mengambil sikap netral secara resmi terkait invasi Rusia ke Ukraina.
Namun, sementara China dan Rusia sering melakukan kontak diplomatik tingkat tinggi, presiden China Xi Jinping dilaporkan belum berbicara dengan presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sejak perang dimulai pada 24 Februari.
Sementara itu, karena Rusia dihantam sanksi atas berbagai ekspornya, impor China dari Rusia pada bulan April melonjak 57% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara Rusia mendapat kecaman dari Barat atas invasi ke Ukraina, China telah memupuk serangkaian ketegangan internasionalnya sendiri dengan retorika yang menggetarkan atas Taiwan.
Hubungan China-Rusia telah “bertahan dalam ujian baru dari situasi internasional yang berubah, mempertahankan arah kemajuan yang benar, dan menunjukkan momentum pembangunan yang kuat,” ungkap Wang, Rabu.
Presiden Xi dan Vladimir Putin bertemu di Beijing tiga minggu sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Pemerintah mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa “persahabatan antara kedua negara tidak memiliki batas, tidak ada bidang kerja sama ‘terlarang’.”
Seperti yang dilaporkan Reuters pada saat itu, “Perjanjian tersebut menandai pernyataan paling rinci dan tegas dari tekad Rusia dan China untuk bekerja sama membangun tatanan internasional baru berdasarkan pandangan mereka tentang hak asasi manusia dan demokrasi.”
(Resa/ZeroHedge)