ISLAMTODAY ID-Media Korea Utara (KCNA) menyatakan bahwa rencana pembentukan aliansi militer AS-Jepang-Korea Selatan “jelas merupakan awal yang berbahaya bagi pembentukan NATO versi Asia”.
“AS semakin bersikeras pada kerja sama militer dengan antek-anteknya dengan mengabaikan permintaan keamanan utama dan kekhawatiran negara-negara Asia-Pasifik,” ungkap KCNA, Rabu (29/6), seperti dilansir dari TRTWorld, Rabu (29/6).
“Skema pembentukan aliansi militer AS-Jepang-Korea Selatan, yang dimotivasi oleh Jepang dan Korea Selatan bersujud kepada AS, jelas merupakan awal yang berbahaya bagi pembentukan ‘NATO versi Asia’,” ungkap KCNA, menuduh Washington memicu Perang Dingin baru.
Dalam pernyataan serupa selama akhir pekan, Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan latihan tersebut menunjukkan kemunafikan tawaran AS untuk keterlibatan diplomatik dan dialog tanpa prasyarat.
Laporan tentang KCNA datang beberapa jam sebelum para pemimpin Korea Selatan dan Jepang menghadiri pertemuan puncak tahunan NATO sebagai pengamat untuk pertama kalinya.
Mereka juga akan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden untuk membahas Korea Utara, pertemuan puncak trilateral pertama sejak tahun 2017.
Ketiga negara tersebut juga akan melakukan latihan deteksi dan pelacakan rudal gabungan di dekat Hawaii pada bulan Agustus, yang disebut Pacific Dragon.
‘NATO: Alat Agresi’
Korea Utara telah melakukan sejumlah rekor uji coba rudal tahun ini, termasuk rudal balistik antarbenua terbesarnya, dan ada kekhawatiran negara itu bisa bersiap untuk menguji senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak tahun 2017.
Korea Selatan dan Jepang sama-sama sekutu AS, tetapi hubungan mereka satu sama lain memanas oleh ketegangan historis atas pendudukan Jepang atas Korea dari tahun 1910-1945.
Washington telah mendorong Seoul dan Tokyo untuk lebih bekerja sama dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara, serta melawan meningkatnya pengaruh China.
KCNA membawa komentar terpisah oleh Kim Hyo-myung, seorang peneliti di Masyarakat Internasional untuk Penelitian Politik Korea Utara, yang mengatakan NATO bertanggung jawab atas konflik di Ukraina, dan bahwa ada “tanda-tanda buruk bahwa cepat atau lambat gelombang hitam di Utara Atlantik akan memecahkan ketenangan di Pasifik.”
“NATO tidak lebih dari pelayan realisasi strategi hegemoni AS dan alat agresi lokal,” tulis Kim.
(Resa/TRTWorld)