ISLAMTODAY ID-Iran mengutuk rencana AS dan Israel untuk membentuk pakta pertahanan bersama dengan negara-negara Arab untuk melawanya.
Lebih lanjut, Teheran menyebut pakta tersebut sebagai ancaman bagi keamanan regional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani bereaksi terhadap laporan tentang rencana yang diusulkan.
“Iran melihatnya sebagai ancaman terhadap keamanan nasional dan regional,” ungkap Kanaani, seperti dilansir dari TRTWorld, Ahad (10/7).
Dia mengatakan masuknya orang asing di kawasan itu “tidak akan mengarah pada keamanan dan stabilitas” tetapi pada gilirannya “menyebabkan lebih banyak ketegangan dan perselisihan.”
Pernyataan itu muncul setelah laporan bahwa AS dan Israel sedang mempertimbangkan pakta pertahanan bersama dengan negara-negara Arab yang akan menghubungkan sistem pertahanan udara untuk melawan serangan drone dan rudal Iran di wilayah tersebut, Reuters mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan pada hari Jumat (8/7).
Rencana tersebut, ditekankannya, akan melibatkan teknologi Israel dan kemungkinan akan mendapatkan momentum selama kunjungan Presiden AS Joe Biden yang akan datang ke wilayah tersebut, termasuk Israel.
Laporan itu menambahkan bahwa diskusi masih “pada tahap awal” dan bahwa beberapa negara Arab “yang menolak berbisnis dengan Israel” telah menolak rencana tersebut.
Senjata Bukan Jaminan Keamanan
Mengecualikan rencana tersebut, Kanaani mengatakan Iran “selalu menekankan dialog, partisipasi, dan kerja sama regional” untuk memastikan “keamanan dan kepentingan bersama” negara-negara kawasan, tanpa kehadiran asing.
Dia mengatakan rencana AS-Israel akan “melemahkan keamanan regional” dan “mengamankan kepentingan” Israel.
Dia buru-buru menambahkan bahwa mengumpulkan senjata tidak dapat membawa keamanan ke kawasan dan bahwa pembentukan “keamanan regional bersama” tergantung pada “kerja sama negara-negara kawasan.”
Itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS, meskipun pembicaraan tidak langsung di antara mereka, yang dimediasi oleh Uni Eropa, untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang dilanjutkan baru-baru ini di Doha.
Pada hari Rabu (6/7) , Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi baru terhadap Iran, menargetkan “jaringan internasional individu dan entitas” yang katanya memfasilitasi penjualan produk berbasis minyak Iran ke Asia Timur.
Ketegangan antara Iran dan Israel juga meningkat sejak Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran melancarkan serangan rudal terhadap apa yang diklaimnya sebagai pangkalan Israel di wilayah Erbil Irak pada bulan Mei, yang datang sebagai tanggapan atas serangan Israel di Suriah yang menewaskan dua anggota IRGC.
Dalam beberapa bulan terakhir, ada banyak pembunuhan yang ditargetkan di Iran, yang dipandang terkait dengan Israel dan menunjukkan perang bayangan yang berkembang antara kedua musuh.
(Resa/TRTWorld)