ISLAMTODAY ID-Negara-negara berkembang akan menghadapi tantangan serangkaian default akibat tumpukan utang dengan nominal seperempat triliun dolar.
Negara tersebut termasuk El Salvador, Ghana, Mesir, Tunisia, dan Pakistan.
“Dengan negara-negara berpenghasilan rendah, risiko utang dan krisis utang bukanlah hipotetis,” ungkap Kepala Ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart kepada badan tersebut pada hari Sabtu (10/7).
“Kami sudah cukup banyak di sana,” ungkap Reinhart, seperti dilansir dari RT, Ahad (11/7)
Selama enam bulan terakhir, dilaporkan ada dua kali lipat jumlah pasar negara berkembang dengan utang negara yang diperdagangkan.
Hal ini berarti imbal hasil yang mengindikasikan investor percaya bahwa default kemungkinan ada.
Penyebab lain dari kekhawatiran utama dilaporkan muncul dari potensi “efek domino” yang biasanya terjadi ketika investor yang ketakutan mulai menarik uang keluar dari negara-negara dengan masalah ekonomi.
Pada bulan Juni, para pedagang dilaporkan menarik USD 4 miliar dari obligasi dan saham pasar berkembang, menandai arus keluar bulan keempat berturut-turut.
Kemungkinan default dapat diikuti dengan ketidakstabilan politik.
Awal tahun ini, Sri Lanka adalah negara pertama yang berhenti membayar pemegang obligasi asingnya, dibebani oleh biaya makanan dan bahan bakar yang berat yang memicu protes dan kekacauan politik.
“Populasi yang menderita akibat harga pangan yang tinggi dan kekurangan pasokan dapat menjadi pemicu ketidakstabilan politik,” ungkap Barclays, seperti dikutip oleh Bloomberg.
(Resa/RT)