ISLAMTODAY ID-Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang terbunuh pada 8 juli 2022 pernah mengusulkan agar Jepang menjadi negara berkekuatan nuklir.
Seiring perang Rusia-Ukraina yang memanas dan konflik berkepanjangan China-Taiwan memicu Abe menyatakan wacana tersebut.
Lebih lanjut, Jepang memiliki hubungan buruk dengan negara tetangga yang memiliki senjata nuklir seperti China dan Korea Utara.
Hubungan dengan Moskow juga memburuk. Rusia tangguhkan perjanjian damai dengan Jepang sebagai tanggapan atas sanksi.
Bahkan pada Sabtu (26/3), Rusia dilaporkan menggelar latihan militer di kepulauan yang disengketakan dengan Jepang.
Terlebih menurutnya, Jepang harus berhenti mengganggap nuklir sebagai hal tabu dan mengambil bagian sebagai tuan rumah senjata nuklir AS seperti NATO, Jerman, Belgia, Belanda, dan Italia.
“Kita perlu memahami bagaimana keamanan dijaga di seluruh dunia dan tidak menganggapnya tabu untuk berdiskusi secara terbuka. Kita harus dengan tegas mempertimbangkan berbagai opsi ketika kita berbicara tentang bagaimana kita dapat melindungi Jepang dan kehidupan rakyatnya dalam kenyataan ini,” ungkap Abe dalam sebuah wawancara TV, menurut Nikkei Asia.
Menjadi tuan rumah senjata nuklir AS berarti negara-negara itu bisa menggunakannya jika dibutuhkan atas nama Washington dengan menggunakan pesawat pengebom sendiri.
Untuk diketahui, Jepang adalah satu-satunya negara yang pernah dibom nuklir.
Meski menjadi bagian dari payung nuklir AS selama satu dekade, Jepang telah menganut tiga prinsip non-nuklir.
Prinsip tersebut merupakan kebijakan bahwa Jepang tidak akan memproduksi atau memiliki senjata nuklir atau mengizinkannya di wilayahnya.
Di sisi lain, wacana Abe menimbulkan penolakan dari publik Jepang.
Tanggapan Wacana Abe
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menolak mentah-mentah usulan tersebut.
“Itu tidak dapat diterima mengingat sikap negara kami dalam mempertahankan tiga prinsip non-nuklir,” ungkap Kishida, seperti dilansir dari The Guardian, Selasa (1/3)
Selain itu, kelompok penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki juga mengecam wacana Abe.
Wang Wenbin, juru bicara kementerian luar negeri China, mengatakan tanggapannya kepada wartawan di Beijing.
“Politisi Jepang telah sering menyebarkan kekeliruan terkait dengan Taiwan dan bahkan secara terang-terangan membuat pernyataan palsu yang melanggar tiga prinsip non-nuklir negara tersebut.” ujar Wang.
Dia juga meminta Jepang untuk merenungkan sejarahnya sebagai satu-satunya negara dengan pengalaman nuklir.
Wang menegaskan agar Tokyo berhati-hati dalam mengomentari masalah Taiwan.
Abe telah melakukan beberapa intervensi hawkish pada kebijakan keamanan.
Dia mendapat dukungan di dalam partai meski berpotensi memicu reaksi balik di antara para pemilih yang khawatir tentang keterlibatan Jepang dalam konflik regional.
Tabloid pemerintah China, Global Times, menuduh Abe berusaha untuk “membuka” militerisme Jepang.
“Tidak hanya ironis, tetapi juga risiko nyata yang sangat besar, bahwa sekelompok orang di satu-satunya negara di dunia yang dibom oleh bom atom akan menyerukan undangan kepada pelakunya untuk menyebarkan senjata nuklir di wilayah mereka sendiri,” ungkapnya dalam sebuah editorial.
Langkah yang baru digaungkan Abe dan sekutu politikusnya ini belum dibahas lebih lanjut serta masih jauh untuk diwujudkan, mengingat kematian Abe yang mendadak pada Jumat, 8 Juli 2022.
(Resa/The Guardian/BBC/Nikei Asia)