ISLAMTODAY ID-Penyelidikan BBC menemukan fakta bahwa lebih dari 50 tahanan dan warga sipil tak bersenjata tewas di Afghanistan dibunuh oleh unit elit Inggris.
Program Panorama BBC yang ditayangkan pada Selasa (12/7) malam, menayangkan dokumen operasi milik Special Air Service (SAS) – unit elit Inggris yang digunakan dalam operasi khusus.
Tayangan tersebut menampilkan lebih dari puluhan serangan ‘pembunuhan atau penangkapan’ yang dilakukan oleh satu skuadron SAS di Helmand pada 2010/11.
Orang-orang yang bertugas dengan skuadron SAS pada penempatan itu berbicara dengan program tersebut dan mengatakan bahwa mereka menyaksikan operasi SAS “membunuh orang-orang yang tidak bersenjata selama penggerebekan malam hari,” menurut laporan itu, seperti dilansir dari TRTWorld, Selasa (12/7).
Menurut akun mantan tentara, pembunuhan seseorang dibenarkan dengan menanam senapan serbu AK-47 di tempat kejadian dan beberapa individu di dalam pasukan “bersaing satu sama lain untuk mendapatkan jumlah pembunuhan terbanyak.”
Tak Ada Laporan Bukti
Laporan itu juga menuduh bahwa “email internal menunjukkan bahwa perwira di tingkat tertinggi Pasukan Khusus menyadari ada kekhawatiran atas kemungkinan pembunuhan di luar hukum, tetapi gagal melaporkan kecurigaan tersebut kepada polisi militer meskipun ada kewajiban hukum untuk melakukannya.”
Penyelidikan menunjukkan bahwa “satu unit mungkin secara tidak sah membunuh 54 orang dalam satu tur enam bulan.”
Jenderal Sir Mark Carleton-Smith, mantan kepala Pasukan Khusus Inggris, “diberi pengarahan tentang dugaan pembunuhan di luar hukum tetapi tidak memberikan bukti kepada Polisi Militer Kerajaan (RMP), bahkan setelah RMP memulai penyelidikan pembunuhan ke dalam skuadron SAS.”
Kementerian Pertahanan mengatakan program Panorama “melompat ke kesimpulan yang tidak dapat dibenarkan dari tuduhan yang telah diselidiki sepenuhnya.”
Kementerian Pertahanan menambahkan bahwa penyelidikan atas insiden yang dituduhkan dalam program tersebut tidak menemukan bukti yang cukup untuk menuntut.
Kementerian juga mengatakan “bersikap terbuka untuk mempertimbangkan bukti baru, tidak akan ada halangan.”
(Resa/TRTWorld)