ISLAMTODAY ID-Presiden Rusia Vladimir Putin membahas situasi di pasar minyak global dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dalam panggilan telepon pada hari Kamis (21/7).
Percakapan itu terjadi hanya beberapa hari setelah Presiden AS Joe Biden melakukan perjalanan ke Riyadh untuk kunjungan resmi yang tampaknya membuahkan hasil yang beragam.
The Wall Street Journal telah melaporkan bahwa hubungan antara Washington dan Riyadh telah mencapai titik terendah dalam sejarah.
Menurut laporan itu, mengutip sumber di kedua ibu kota, permusuhan pribadi antara Presiden AS Joe Biden dan bin Salman telah menjadi faktor penting dalam keretakan hubungan.
Sementara itu, Putin dan Bin Salman memuji hubungan bilateral “persahabatan” tingkat tinggi antara kedua negara dan kerja sama mereka dalam kelompok OPEC+, kata Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia, yang bersama-sama membentuk OPEC+, “secara konsisten memenuhi kewajiban mereka” untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas di pasar energi global, kata kedua pemimpin tersebut, menurut Kremlin.
Bulan lalu, kelompok itu setuju untuk meningkatkan produksi sebesar 648.000 barel per hari (bph), atau 0,7% dari permintaan global, selama Juli dan Agustus.
Keputusan itu diambil ketika negara-negara Barat telah menekan OPEC untuk mengatasi kekurangan energi global yang diperburuk oleh sanksi terhadap Rusia.
Namun, langkah tersebut gagal mendorong harga minyak lebih rendah pada saat itu.
“Pada hari Kamis (21/7), Putin dan bin Salman juga membahas hubungan bilateral dan fokus pada memperluas hubungan perdagangan dan ekonomi yang saling menguntungkan,” ungkap Kremlin, seperti dilansir dari RT, Kamis (21/7).
Kembali pada bulan Mei, Riyadh mengatakan bahwa tindakan militer Rusia di Ukraina tidak akan mempengaruhi hubungan Arab Saudi dengan Rusia atau Ukraina, karena kerajaan berusaha untuk mempertahankan hubungan perdagangan yang luas dengan kedua negara.
Kedua pemimpin juga bertukar pandangan tentang situasi di Suriah, menurut pembacaan Kremlin.
Pada hari Selasa, setelah pertemuan puncak di Teheran di mana Putin bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Recep Tayyip Erdogan dari Turki, presiden Rusia itu mengatakan AS harus berhenti “menjarah” Suriah.
Ratusan tentara Amerika masih ada di Suriah, di mana mereka mengendalikan sumur minyak dan ladang gandum di timur laut negara itu.
(Resa/RT)