ISLAMTODAY ID-Penelitian tentang rasisme dan Islamofobia yang dilakukan oleh Presidentcy for Turks Abroad and Related Communities (YTB) di empat negara di Eropa dan Amerika Serikat mengungkapkan hasil yang mengkhawatirkan.
Studi “Persepsi Diskriminasi” YTB menemukan bahwa 77% peserta melaporkan menghadapi diskriminasi berdasarkan etnis atau agama, 88% menyatakan bahwa kasus diskriminasi telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan yang mengkhawatirkan, 73% dari semua responden telah didiskriminasi secara pribadi dengan 73 % responden menjawab “ya” untuk pertanyaan: “Apakah Anda pernah didiskriminasi?”
Studi ini dilakukan di Belanda, Prancis, AS, dan Swedia untuk lebih memahami dimensi diskriminasi yang dihadapi diaspora Turki dan menjalin kerja sama internasional di bidang ini, seperti dilansir dari Daily Sabah, Senin (22/8).
Diskriminasi Etnis, Agama
Yang meresahkan, 77% peserta berpendapat bahwa ada diskriminasi berdasarkan suku atau keyakinan agama di negara tempat mereka tinggal.
Sebaliknya, hanya 22% yang menyatakan tidak ada diskriminasi, dan 1% responden tidak menyatakan pendapat pada masalah ini.
Studi ini menemukan bahwa 42% responden percaya bahwa warga negara ganda tidak memiliki hak yang sama dengan warga negara lain di negara tempat mereka tinggal, sementara 53% dari mereka berpikir bahwa mereka memiliki hak yang sama.
Sebanyak 52% responden berstatus imigran di negara-negara tersebut menyatakan bahwa mereka tidak memiliki hak yang sama dengan warga negara tempat mereka tinggal.
Sebanyak 88% responden percaya bahwa rasisme dan diskriminasi di negara tempat tinggal mereka telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Responden merasa bahwa penggambaran negatif kelompok minoritas di media menyebabkan xenofobia.
Faktor lainnya adalah peningkatan jumlah dan visibilitas imigran dan sikap diskriminatif politisi.
Diskriminasi Dalam Pekerjaan
Kehidupan kerja adalah salah satu area di mana diskriminasi paling intens. Akses ke layanan publik di tempat kedua, pendidikan di tempat ketiga, dan akses ke kehidupan sehari-hari dan layanan kesehatan keempat.
Para peserta menyatakan bahwa unsur-unsur seperti “kebangsaan saya/asal usul/jenggot/jilbab/simbol agama yang saya bawa” dipandang sebagai faktor terpenting penyebab xenofobia.
“Nama dan marga” juga menarik perhatian sebagai faktor lain yang berpengaruh.
Sehubungan dengan diskriminasi yang dihadapi dari layanan publik dan otoritas, polisi dan aparat penegak hukum lainnya memimpin sebagai kelompok atau individu yang paling berprasangka.
Staf di kantor pemerintah berada di urutan kedua dan guru/pendidik berada di urutan ketiga.
(Resa/Daily Sabah)