ISLAMTODAY ID-Intelijen teritorial Prancis mendata tokoh Muslim yang mendukung Jean-Luc Melenchon, pemimpin partai La France Insoumise yang menyuarakan penentangan terhadap anti-Muslim.
Beberapa tokoh Muslim Prancis telah dilacak dan didaftarkan oleh intelijen Prancis merujuk pada opini politik mereka.
Ini terungkap dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Selasa (29/8) oleh saluran radio Europe 1, melaporkan bahwa mereka telah memperoleh “catatan rahasia dari intelijen teritorial Prancis.”
Menurut Europe 1, “dokumen ini disebarkan ke segelintir pejabat senior, anggota pemerintah, dan hingga Elysee, setelah ditulis pada pertengahan Mei, tiga minggu setelah pemilihan presiden putaran kedua yang memastikan kemenangan untuk Presiden Emmanuel Macron.
Menurut catatan yang dikutip oleh outlet media, intelijen teritorial negara itu sampai pada kesimpulan bahwa calon presiden sayap kiri Jean-Luc Melenchon, tersingkir pada putaran pertama pemungutan suara setelah berada di urutan ketiga di belakang Macron dan Marine Le Pen yang sayap kanan.
Lebih lanjut, dia akan mendapatkan “suara Muslim” di negara itu karena dukungan dari “influencer dan aktivis Islam” yang “menyambut” dan “menyampaikan” “posisinya”.
Pernyataan ini mengutip banyak tokoh Muslim di Prancis, termasuk pengacara Rafik Chekkat, anggota asosiasi Agir contre l’islamophobia (Action Against Islamaphobia – ACI) dan jurnalis independen Siham Assbague, keduanya digambarkan sebagai “Islamis,” khususnya karena telah mengambil sikap terhadap sentimen anti-Muslim atau kolonialisme.
Selain Chekkat dan Assbague, catatan itu juga mengacu pada Vincent Souleymane, Hani Ramadan, dan Farid Slim, semuanya digambarkan sebagai “ulama” atau “imam” dari Ikhwanul Muslimin.
Pantauan Tehadap Wartawan Anadolu Agency
Feiza Ben Mohamed, seorang jurnalis Anadolu Agency, juga dilacak dan didaftarkan oleh badan intelijen teritorial.
Liputan Europe 1 mengungkapkan bahwa intelijen teritorial Prancis mendaftarkannya sebagai jurnalis “pro-Erdogan”, mengacu pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, hanya karena kantor berita tempat dia bekerja berbasis di Türkiye.
Penyiar radio mencatat bahwa Ben Mohamed juga dilacak karena “mempublikasikan serangkaian tweet yang membenarkan pilihannya untuk memilih Jean-Luc-Melenchon, yang dia anggap sebagai satu-satunya kandidat yang kredibel yang tidak memiliki ambisi untuk menggunakan Muslim untuk membuat orang melupakan masalah negara kita,” ungkapnya seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (1/9).
Islam Kiri
Intelijen teritorial Prancis memiliki file tentang banyak Muslim Prancis karena telah menyatakan dukungan mereka untuk Melenchon, pemimpin partai La France Insoumise (LFI), yang telah menyuarakan penentangan terhadap sentimen anti-Muslim di Prancis beberapa kali.
Dengan mendaftarkan Muslim ini, tindakan intelijen teritorial telah membangkitkan perdebatan tentang “Islam-kiri,” sebuah teori yang sering didorong oleh Le Pen dan sesama politisi sayap kanan Eric Zemmour, bersama dengan pemerintah Prancis.
Pada akhir tahun 2020, gagasan ini, yang disebarluaskan sejak tahun 2002 oleh sayap kanan, telah mendapat paparan media yang kuat.
Sementara itu, Jean-Michel Blanquer, menteri pendidikan nasional saat itu, dan Dominique Vidal, mantan menteri pendidikan tinggi, menggunakan istilah tersebut untuk mencela dugaan kedekatan dan kelemahan politisi sayap kiri Prancis tertentu terhadap Islam.
Para anggota pemerintah Prancis ini juga melontarkan tuduhan terhadap para akademisi dan peneliti Prancis, dengan menyatakan bahwa universitas-universitas itu “diganggu oleh para akademisi yang bersekutu dengan kaum Islamis untuk memecah belah Prancis.”
Dalam siaran pers yang diterbitkan pada Februari 2021 untuk menanggapi pernyataan Vidal, Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS) telah menekankan bahwa “Islam-kiri, slogan politik yang digunakan dalam debat publik, tidak sesuai dengan realitas ilmiah apa pun.”
Selain itu, CNRS mengecam upaya untuk mendelegitimasi berbagai bidang penelitian, seperti studi postkolonial, interseksional, atau rasial, dengan menyatakannya sebagai “Islam-kiri.”
Pelecehan
Pada tahun 2019, sebuah kelompok ultra-kanan “French of stock,” menerbitkan secara online daftar beberapa ratus nama yang dituduh sebagai “kiri-Islam.” Jurnalis Anadolu Agency Feiza Ben Mohamed termasuk di antara mereka.
Pada akhir Juli, Komite Antar Kementerian untuk Pencegahan Kenakalan dan Radikalisasi (CIPDR) telah menargetkan, khususnya di jejaring sosial, beberapa warga negara Prancis yang memerangi kebencian anti-Muslim, termasuk Ben Mohamed.
Setelah daftar ini oleh negara, Ben Mohamed mengalami gelombang pelecehan, agresi verbal, dan penghinaan di platform media sosial.
Ini berlangsung beberapa minggu dan mempengaruhi kehidupan pribadi dan profesionalnya.
(Resa/TRTWorld)