ISLAMTODAY ID-Lebih dari puluhan anggota tentara Burkina Faso menguasai TV pemerintah, menyatakan pemimpin kudeta negara itu yang menjadi presiden Paul Henri Sandaogo Damiba, telah digulingkan.
Kapten tentara Burkina Faso Ibrahim Traore telah menggulingkan pemimpin militer Paul-Henri Damiba, membubarkan pemerintah, menangguhkan konstitusi, dan menutup perbatasan negara Afrika Barat itu.
Pemecatan Damiba, yang berkuasa dalam kudeta Januari lalu, diumumkan dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi nasional Jumat malam.
“Dalam menghadapi memburuknya situasi keamanan, kami telah berulang kali mencoba untuk memfokuskan kembali transisi pada masalah keamanan,” ungkap pernyataan yang dibacakan oleh tentara pemberontak.
Para prajurit berjanji kepada masyarakat internasional bahwa mereka akan menghormati komitmen mereka dan mendesak Burkinabes “untuk menjalankan bisnis mereka dengan damai.”
Beberapa jalan utama di ibu kota Ouagadougou diblokir oleh pasukan pemberontak.
Pemangku kepentingan nasional akan segera diundang untuk mengadopsi piagam transisi baru dan menunjuk presiden sipil atau militer baru, kata pernyataan itu.
Traore menyatakan bahwa konstitusi telah ditangguhkan dan piagam transisi dibubarkan, perbatasan ditutup tanpa batas waktu dan semua kegiatan politik dan masyarakat sipil ditangguhkan.
Dia mengumumkan jam malam dari 21.00 GMT hingga 05.00 GMT.
Keretakan antara Damiba dan Junta MPSR
Perebutan kekuasaan militer terbaru Burkina Faso mengikuti jejak negara tetangga Mali, yang juga mengalami kudeta kedua sembilan bulan setelah penggulingan presidennya pada Agustus 2020.
Damiba baru saja kembali dari berpidato di Majelis Umum PBB di New York sebagai kepala negara Burkina Faso.
Lebih lanjut, ketegangan telah meningkat selama berbulan-bulan.
Constantin Gouvy, peneliti Burkina Faso di Clingendael, mengatakan peristiwa Jumat malam “mengikuti meningkatnya ketegangan di dalam junta MPSR yang berkuasa dan tentara yang lebih luas tentang keputusan strategis dan operasional untuk mengatasi ketidakamanan yang meningkat.”
“Anggota MPSR semakin merasa Damiba mengisolasi dirinya sendiri dan menyingkirkan orang-orang yang membantunya merebut kekuasaan,”ungkap Gouvy kepada The Associated Press, seperti dilansir dari TRTWorld, Sabtu (1/10).
Damiba dan sekutunya menggulingkan presiden yang terpilih secara demokratis hanya sembilan bulan lalu, berkuasa dengan janji membuat negara lebih aman.
Namun, kekerasan terus berlanjut dan frustrasi dengan kepemimpinannya telah tumbuh dalam beberapa bulan terakhir.
(Resa/TRTWorld)