ISLAMTODAY ID-Surat kabar Le Figaro melaporkan puluhan operator Prancis dari Direktorat Jenderal Keamanan Eksternal (DGSE) telah dikerahkan ke Ukraina di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Moskow dan Kiev.
Sumber tersebut mengatakan kepada koresponden senior internasional surat kabar itu Georges Malbrunot bahwa “sekitar lima puluh orang dari DGSE Action Service telah dikerahkan di Ukraina sejak awal invasi Rusia.”
“Agen tersebut melakukan tugas yang berbeda di negara ini, di antaranya memproses citra satelit yang disediakan oleh Paris ke Kiev,” ujar Malbrunot, seperti dilansir dari RT, Rabu (5/10).
Mata-mata juga bekerja dengan “bahan tertentu” yang disediakan ke Ukraina, “mungkin” termasuk howitzer self-propelled Ceasar buatan Prancis, Le Figaro juga melaporkan.
Prancis telah menjadi salah satu pendukung utama otoritas Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung, mengirimkan berbagai macam peralatan untuk perjuangan mereka melawan Rusia.
Moskow telah berulang kali mendesak Barat untuk menghentikan mengirimi Ukraina dengan persenjataan, memperingatkan bahwa bantuan semacam itu hanya akan memperpanjang permusuhan.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.
Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass, yang sejak itu bergabung dengan Federasi Rusia, sebagai negara merdeka, dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(Resa/RT)