ISLAMTODAY ID-Jumlah para pengunjuk rasa yang tewas sejak kudera militer Sudan tahun lalu menjadi 118 orang.
Menurut petugas media pasukan keamanan menembak mati seorang pengunjuk rasa di ibu kota Sudan pada hari Ahad (23/10).
Peristiwa tersebut terjadi dua hari menjelang peringatan pertama kudeta militer yang menggagalkan transisi negara itu ke pemerintahan sipil.
“Demonstran itu tewas oleh peluru yang ditembakkan oleh pasukan keamanan,” ungkap komite Komite Pusat Dokter Sudan, seperti dilansir dari MEE, Ahad (23/10).
Pada Selasa besuk akan menandai satu tahun sejak kudeta 25 Oktober 2021 yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al-Burhan.
Sepanjang tahun ini ditandai dengan demonstrasi anti-kudeta hampir setiap minggu dan tindakan keras terhadap protes oleh pihak berwenang.
Kudeta itu membalikkan transisi ke pemerintahan sipil yang diluncurkan setelah penggulingan orang kuat tahun 2019 Omar al-Bashir, yang memerintah negara Afrika timur laut itu selama tiga dekade.
Pada bulan Juli, Burhan berjanji dalam pidato yang disiarkan televisi untuk menyingkir dan memberi jalan bagi faksi-faksi Sudan untuk menyetujui pemerintahan sipil.
Namun, para pemimpin sipil menolak langkahnya sebagai “tipu muslihat”.
Sejak itu, para pengunjuk rasa pro-demokrasi berpegang teguh pada seruan mereka “tidak ada negosiasi, tidak ada kemitraan” dengan militer, dan telah menjanjikan unjuk kekuatan untuk peringatan hari Selasa.
Pada hari Jumat (21/10), ribuan orang turun ke jalan-jalan kota di seluruh Sudan untuk menuntut kembalinya pemerintahan sipil di salah satu negara termiskin di dunia karena semakin tenggelam dalam krisis politik dan ekonomi.
Meskipun para mediator internasional berusaha untuk membuat faksi-faksi tentara dan sipil berunding, kebuntuan tampaknya tidak akan berakhir.
Situasi ekonomi semakin memburuk, dengan inflasi tiga digit dan sepertiga dari 45 juta penduduk negara itu menderita kekurangan pangan.
(Resa/MEE)