ISLAMTODAY ID-Ribuan pendukung Khan turun ke jalan untuk memprotes apa yang dikatakan oleh para pembantunya dan presiden negara itu sebagai “upaya pembunuhan yang jelas” oleh para pesaingnya.
Protes meletus di seluruh Pakistan setelah “upaya pembunuhan” terhadap mantan perdana menteri Imran Khan, yang memimpin pawai melalui ibu kota Islamabad.
“Kemarahan mengalir di jalan-jalan setelah seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke sebuah demonstrasi di Pakistan timur pada hari Kamis (3/11), melukai sedikit kaki Khan dan membunuh salah satu pendukungnya,” ungkap partainya dan polisi, seperti dilansir dari TRTWorld, Jumat (4/11).
Selain itu, sebanyak sembilan orang lainnya juga terluka.
Ribuan pendukung Khan segera turun ke jalan untuk memprotes serangan di kota-kota kecil dan besar di seluruh negeri, termasuk Islamabad, Karachi, Lahore, Faisalabad, Rawalpindi, Multan, Gujranwala dan Peshawar.
Rekaman yang ditayangkan di penyiar lokal menunjukkan pengunjuk rasa yang marah membakar ban bekas dan memblokir jalan.
Tindakan tersebut secara efektif menghentikan lalu lintas di beberapa kota.
Ratusan pengunjuk rasa yang didakwa memblokir Jalan Truk Besar utama, yang menghubungkan provinsi Khyber Pakhtunkwa barat laut ke Punjab timur laut, dengan membakar ban di berbagai titik.
Di Karachi, ibukota komersial negara itu, ratusan pendukung Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) memblokir jalan-jalan yang berbeda, menuntut penangkapan para pelaku di balik upaya pembunuhan itu.
Kolom api dan asap terlihat mengepul ke atas saat para pengunjuk rasa membakar ban, dan sisa-sisa lainnya sambil meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah.
‘Titik Garis Merah’
“Imran Khan adalah garis merah kami,” teriak para pengunjuk rasa serempak ketika personel polisi dengan perlengkapan anti huru hara berdiri.
Sementara itu, mantan menteri dan pejabat senior PTI Fawad Chaudhry menolak pengakuan yang diklaim sebagai penyerang, dengan alasan bahwa “masalahnya tidak sesederhana itu.”
Dalam sebuah pernyataan, dia mengklaim bahwa pelaku bom bunuh diri disewa untuk membunuh politisi di masa lalu.
“Berhenti menganggap orang bodoh,” tambahnya.
(Resa/TRTWorld)