ISLAMTODAY ID-Juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin mengatakan bahwa deklarasi Türkiye untuk menerapkan segera Konvensi Montreux setelah dimulainya perang Rusia-Ukraina adalah keputusan strategis di luar diplomasi.
“Presiden kami mengambil sikap yang sangat jelas (mengenai Konvensi Montreux), dan kami menjauhkan Laut Hitam dari perang sebagai akibat dari sikap ini,” ungkap Kalin, Kamis (3/11), seperti dilansir dari TRTWorld, Sabtu (5/11).
Dalam sebuah program yang ditayangkan oleh CNN Turk, Kalin mengomentari berbagai masalah, termasuk perang di Ukraina, upaya Türkiye di tengah perang yang sedang berlangsung, krisis energi Eropa dan persenjataan pulau-pulau dengan status non-militer di Laut Aegea.
“Jika Montreux ditafsirkan secara berbeda, kapal perang juga akan bertempur di Laut Hitam hari ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia mencatat bahwa tidak mungkin mewujudkan kesepakatan yang memastikan ekspor biji-bijian dan pupuk dari pelabuhan Ukraina dan Rusia.
Konvensi Montreux 1936 memberi Türkiye wewenang untuk membatasi perjalanan kapal angkatan laut melalui Selat Istanbul (Bosphorus) dan Canakkale (Dardanelles) selama masa perang.
Türkiye, PBB, Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan pada Juli untuk melanjutkan ekspor gandum dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina, yang dihentikan sementara setelah Rusia melancarkan perangnya melawan Ukraina pada Februari.
Menyinggung peran Türkiye sebagai mediator antara pihak-pihak yang bertikai, Kalin mengatakan “diplomasi pemimpin yang dilakukan oleh presiden kami di sini, hubungan kepercayaan yang telah dia bangun dengan para pemimpin, dan sikap serius dan konsisten Türkiye dalam masalah ini memberikan kepercayaan kepada semua aktor. .”
Krisis Energi Eropa
Karena krisis energi mendominasi agenda Eropa, Kalin mengatakan “bukanlah tugas yang mudah dan cepat bagi Eropa untuk mengubah ekosistem gas dan menciptakan ekosistem yang lengkap dengan mengecualikan Rusia.”
Dia merujuk pada upaya Eropa yang gagal dalam hal ini, dengan mengatakan “proyek Nabucco (pipa gas) gagal karena negara-negara Eropa tidak dapat bersatu untuk membuat anggaran dan struktur manajemennya.”
“Sebaliknya, kami duduk dan merealisasikan Proyek Pipa Gas Alam Trans Anatolian (TANAP),” tambahnya.
TANAP, bagian terbesar Koridor Gas Selatan yang mengirimkan gas dari ladang Shah Deniz II Azerbaijan ke Türkiye dan ke Eropa melalui proyek Trans Adriatic Pipeline (TAP), membawa gas pertamanya ke Türkiye pada 1 Juli 2018.
Tentang kebijakan persenjataan agresif Yunani, Kalin mengatakan “Masalah terpenting Türkiye dengan Yunani adalah persenjataan pulau-pulau dengan status non-militer, yang jelas merupakan pelanggaran hukum internasional.”
(Resa/TRTWorld)