ISLAMTODAY ID-Departemen Luar Negeri AS pada 29 November mengumumkan persetujuan atas potensi penjualan sistem anti-drone ke Qatar dalam kesepakatan senjata senilai $1 miliar atau Rp 15 triliun.
Kesepakatan itu akan ditangani oleh pembuat senjata AS seperti Raytheon dan Northrop Grumman.
Selain itu, persetujuan tersebut juga menyerukan pengerahan pasukan dan kontraktor swasta ke monarki Teluk.
“Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan membantu meningkatkan keamanan negara sahabat yang terus menjadi kekuatan penting bagi stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di [Asia Barat],” ungkap siaran pers departemen luar negeri, seperti dilansir dari The Cardle, Rabu (30/11).
Pernyataan selanjutnya mengatakan bahwa kesepakatan itu akan “memerlukan penugasan lima tambahan Pemerintah AS dan 15 perwakilan kontraktor AS ke Qatar selama lima tahun untuk mendukung kegiatan lapangan, pelatihan, dan pemeliharaan.”
Sesuai ketentuan kesepakatan, kontraktor utama adalah Raytheon Technologies Corp, Scientific Research Corporation (SRC), dan Northrop Grumman Corp, semua perusahaan senjata yang berbasis di AS yang telah melihat lonjakan stok mereka tahun ini berkat pengeluaran tak terbatas barat untuk memicu perang di Ukraina.
Awal tahun ini, Presiden AS Joe Biden menunjuk Qatar sebagai “sekutu utama non-NATO”, yang secara resmi meningkatkan kemitraan ekonomi dan militer antara Doha dan Washington.
“Qatar adalah teman baik dan mitra yang andal dan cakap. Dan saya memberi tahu Kongres bahwa saya akan menunjuk Qatar sebagai sekutu utama non-NATO untuk mencerminkan pentingnya hubungan kita. Saya pikir ini sudah lama terlambat,” ungkap Biden pada Januari, saat bertemu dengan emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani.
Menurut situs web Departemen Luar Negeri AS, menjadi sekutu utama non-NATO “merupakan simbol kuat dari hubungan dekat yang dimiliki Amerika Serikat dengan negara-negara tersebut dan menunjukkan rasa hormat kami yang mendalam atas persahabatan bagi negara-negara yang menjalin persahabatan.”
Qatar baru-baru ini menjadi sumber harapan yang signifikan bagi negara-negara barat yang kekurangan energi, dan berjuang sepanjang tahun untuk mengganti kehilangan bahan bakar Rusia akibat sanksi dan serangan sabotase.
(Resa/The Cradle)