ISLAMTODAY ID-Angkatan Luar Angkasa AS gelar latihan bersama terbesar dalam sejarahnya yang diikuti oleh Inggris, Kanada, dan Australia.
Latihan ini bertujuan mengasah kesiapannya menghadapi perang hipotetis di Eropa, menurut pernyataan Komando Pelatihan dan Kesiapan Luar Angkasa (STAR).
Tiga latihan yang disebut Space Flag 23-1, masing-masing berlangsung dua hari dan dilakukan awal bulan ini di Schriever Space Force Base di Colorado.
“Latihan tersebut memungkinkan peserta untuk mempraktikkan teknik peperangan orbital, teknik peperangan elektronika , teknik kesadaran domain ruang angkasa, dan teknik peperangan komando intelijen ”, ungkap Letnan Kolonel Albert Harris dari Angkatan Luar Angkasa.
“Latihan Space Flag 23-1 ini berfokus pada skenario Komando Eropa AS, jadi kami ingin mempresentasikan masalah di teater tersebut dan melatih kemampuan kami untuk memenangkannya berdasarkan berbagai masalah yang kami sampaikan kepada tim,” ungkap Harris, seperti dilansir dari RT, Jumat (23/12).
Acara tersebut menandai latihan Angkatan Luar Angkasa pertama yang dipraktikkan untuk perang Eropa.
Selain itu, latihan ini juga di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Moskow atas konflik Rusia-Ukraina.
Harris mengatakan perencanaan latihan dimulai pada Februari, bulan yang sama saat Rusia memulai operasi militernya di Ukraina.
Untuk diketahui, pasukan diberi masalah khusus Eropa untuk dipecahkan selama perencanaan misi dan prosedur praktik untuk upaya memenangkan konflik di benua itu.
Akan tetapi skenario aslinya masih tetap menjadi misteri.
Kolonel Jason Schramm mengatakan latihan tersebut memungkinkan pasukan AS dan mitra koalisi untuk mempraktikkan taktik pertempuran luar angkasa mereka.
“Kemenangan di ruang angkasa menjadi dasar koalisi mematikan di domain perang lainnya,” ungkapnya.
“Kami akan bertarung di luar angkasa sebagai koalisi, dan peluang ini sangat berharga untuk membangun tim yang akan bertarung bersama jika diperlukan.”
AS telah mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia dengan senjata, perbekalan, dan bentuk bantuan militer lainnya, seperti intelijen.
Akan tetapi, AS tetap mengklaim tidak terlibat langsung dalam konflik tersebut.
Jenderal John Raymond, kepala operasi luar angkasa AS, mengatakan pada bulan Juli bahwa “ruang komersial sangat penting dalam memberikan kemampuan yang telah membantu Ukraina.”
Salah satu kasus yang terkenal adalah pasokan peralatan darat Starlink ke Ukraina.
SpaceX milik Elon Musk telah menyediakan akses ke layanan internet broadband satelit untuk pasukan Kiev.
Dalam acara luar angkasa di PBB pada bulan Oktober, perwakilan Rusia Konstantin Vorontsov menyatakan keprihatinan atas AS dan sekutunya yang menggunakan “elemen infrastruktur ruang angkasa sipil, termasuk komersial, untuk tujuan militer”, dan memperingatkan bahwa “infrastruktur kuasi-sipil mungkin dianggap sebagai target yang sah untuk serangan balasan.”
AS meluncurkan Space Force-nya sebagai cabang militer terpisah pada tahun 2019.
Langkah tersebut terjadi lebih dari 50 tahun setelah bergabung dengan Uni Soviet dan Inggris Raya dalam menandatangani perjanjian menyisihkan ruang angkasa untuk “tujuan damai”.
Sementara itu, Pentagon telah mengklaim bahwa mereka harus memperlakukan luar angkasa sebagai “domain perang” karena dugaan ancaman dari Rusia dan China.
(Resa/RT)