ISLAMTODAY ID-Jaksa Paris Laure Beccuau pada Ahad (25/12) ungkap pria bersenjata yang menembak dan membunuh tiga orang di ibu kota Prancis telah mengakui kepada penyelidik bahwa pembantaian itu didorong oleh kebenciannya yang sudah lama terhadap orang asing.
Selama interogasi, tersangka diduga mengatakan bahwa dia telah mengembangkan “kebencian terhadap orang asing yang menjadi sangat patologis” setelah perampokan di rumahnya pada tahun 2016, kata jaksa Laure Beccuau dalam sebuah pernyataan.
Pria berusia 69 tahun itu menggambarkan dirinya seseorang yang “depresif” dan “bunuh diri”, dan diduga berencana bunuh diri dengan peluru terakhir.
Dia awalnya berusaha untuk menargetkan populasi imigran di pinggiran utara Paris Seine-Saint-Denis, tetapi berubah pikiran setelah melihat “terlalu sedikit orang” di daerah tersebut dan merasa pakaiannya terlalu tidak nyaman untuk mengisi ulang senjata dengan cukup cepat.
Sebaliknya, dia melepaskan tembakan ke pusat budaya Kurdi dan kafe terdekat pada hari Jumat.
Insiden tersebut menewaskan dua pria dan seorang wanita, dan melukai tiga lainnya di distrik ke-10 Paris.
Tersangka yang sebelumnya diidentifikasi sebagai “William M.” oleh media Prancis, pensiunan masinis itu dilaporkan dipersenjatai dengan pistol Colt 1911 Angkatan Darat buatan AS, bersama dengan beberapa magasin yang dimuat.
Dilansir dari RT, Senin (26/12), jaksa menambahkan bahwa penyelidik terpaksa menghentikan interogasi atas “alasan medis” pada hari Sabtu (24/12), dan memindahkan tersangka ke fasilitas psikiatri polisi.
Sementara itu, polisi melakukan penggeledahan di rumah orang tuanya, tempat tinggalnya, tetapi tidak menemukan bukti yang mengaitkannya dengan “ideologi ekstremis”.
Namun, pihak berwenang sebelumnya mengakui bahwa tersangka memiliki sejarah kekerasan terhadap migran, dan baru saja dibebaskan dari penahanan sambil menunggu persidangan atas serangan penikaman di sebuah kamp migran di Paris setahun yang lalu.
Dia juga dihukum karena kekerasan bersenjata pada tahun 2016. Akan tetapi dia mengajukan banding untuk ini.
Serangan itu memicu keresahan massal selama akhir pekan, karena penduduk setempat yang terkejut menuntut keadilan dan menuduh polisi mengabaikan ancaman terhadap komunitas Kurdi.
Protes segera berubah menjadi kekerasan, dengan massa yang marah melempari polisi dengan proyektil, menjungkirbalikkan beberapa mobil dan menghancurkan jendela toko.
Polisi menanggapi dengan gas air mata dan menangkap sedikitnya 11 orang dalam upaya meredam kekerasan, dan kemudian mengatakan bahwa lebih dari 30 petugas terluka dalam bentrokan tersebut.
(Resa/RT)