ISLAMTODAY ID-Artikel ini ditulis oleh Dave DeCamp melalui AntiWar.com, dengan judul Report Warns Risk Of Nuclear War At Its Highest Since US Nuked Japan.
“Sebuah kelompok Swedia yang menilai risiko bencana memperingatkan dalam laporan tahunannya tahun ini bahwa risiko penggunaan senjata nuklir saat ini lebih tinggi daripada masa lalu sejak AS menjatuhkan senjata nuklir di Jepang pada tahun 1945,” ungkap AFP melaporkan pada hari Selasa (27/12), seperti dilansir dari ZeroHedge, Kamis (29/12).
Kennette Benedict, penasihat Bulletin of Atomic Scientist yang memimpin laporan untuk Global Challenges Foundation mengatakan bahwa risiko perang nuklir lebih besar daripada saat Krisis Rudal Kuba tahun 1962.
Laporan tersebut memperingatkan bahwa pertukaran nuklir habis-habisan akan mengirimkan cukup debu ke udara untuk menghalangi sinar matahari.
Hal tersebut mengakibatkan “periode kekacauan di mana sebagian besar populasi dunia yang masih hidup akan mati karena kelaparan.”
Presiden Biden mengakui risikonya pada bulan Oktober ketika dia mengatakan peluang “armageddon” nuklir lebih tinggi hari ini daripada titik mana pun sejak Krisis Rudal Kuba.
Terlepas dari pengakuannya atas bahaya kebijakannya mendukung Ukraina melawan Rusia, Biden terus meningkatkan keterlibatan AS dalam perang, dan pertempuran tidak akan berakhir.
Upaya perang Ukraina sepenuhnya bergantung pada dukungan Barat, dan AS tidak hanya mengirim senjata tetapi juga memberikan pelatihan, intelijen, dan dukungan penargetan lainnya.
Menurut laporan media baru-baru ini, Pentagon sekarang secara diam-diam mendukung serangan Ukraina di wilayah Rusia, dan CIA mengarahkan operasi sabotase di dalam Rusia.
Para pejabat Rusia telah memperjelas bahwa mereka percaya mereka tidak hanya melawan pasukan Ukraina dalam perang tetapi juga AS dan NATO.
Ini berarti Rusia memiliki dalih untuk melancarkan serangan terhadap AS dan NATO, meskipun tidak ada tanda-tanda bahwa keputusan tersebut telah dibuat.
Jika Rusia akhirnya memilih untuk membalas dengan menggunakan senjata konvensional melawan NATO, konflik tersebut dapat dengan cepat berubah menjadi perang nuklir.
Jika Moskow memutuskan untuk menggunakan senjata nuklir taktis di Ukraina, sebagian besar ahli percaya itu akan mengarah pada pertukaran nuklir antara AS dan Rusia.
(Resa/ZeroHedge)