ISLAMTODAY ID-Badan pengungsi PBB laporkan sebanyak 232 orang Rohingya selamat mencapai pantai di barat laut Indonesia selama beberapa hari terakhir setelah melakukan perjalanan laut yang berisiko untuk melarikan diri dari kamp pengungsi Bangladesh beberapa minggu lalu.
Badan tersebut mengatakan para nelayan Indonesia dan otoritas lokal menyelamatkan dan menurunkan dua kelompok Rohingya, termasuk 58 pada hari Ahad (25/12) dan 174 pada hari Senin (26/12).
Sebagian besar yang diselamatkan adalah wanita dan anak-anak.
“UNHCR, Badan Pengungsi PBB, lega melihat lebih dari 200 orang yang putus asa dibawa ke darat untuk diselamatkan, di Indonesia barat laut selama beberapa hari terakhir. Banyak di antara mereka diyakini telah terapung-apung setidaknya selama sebulan, tanpa bantuan apa pun sebelum diselamatkan,” ungkapnya dalam pernyataan tertulis, seperti dilansir dari AA, Selasa (27/12).
“Kami menyambut baik tindakan kemanusiaan ini oleh masyarakat lokal dan pihak berwenang di Indonesia,” ungkap Ann Maymann, perwakilan UNHCR di Indonesia.
Mengutip perkataan Rohingya yang diselamatkan, UNHCR mengatakan 26 orang tewas selama perjalanan panjang karena kondisi yang memprihatinkan di atas kapal.
Mereka yang diselamatkan mengalami kelelahan dan dehidrasi setelah sebulan terapung-apung di laut regional, tambah pernyataan itu.
Sementara itu, UNHCR mengatakan sedang merawat mereka yang diselamatkan, bersama dengan otoritas lokal dan staf mitra kemanusiaan, karena banyak yang memerlukan perhatian medis segera agar kondisi mereka stabil.
Mengapa Rohingya melakukan perjalanan berbahaya?
Berbicara kepada Anadolu Agency, para pengungsi Rohingya yang tinggal di tenda-tenda darurat yang kumuh di Bangladesh mengatakan, sebagian besar rasa frustrasi mendorong mereka untuk mengambil tindakan yang mempertaruhkan nyawa tersebut.
“Kami di sini dianggap sebagai warga negara Myanmar yang terpaksa mengungsi tanpa status pengungsi apapun. Anak-anak kita dibesarkan tanpa pendidikan yang layak. Di lingkungan yang terbatas di Bangladesh ini, kami takut menjadi generasi yang hilang dalam waktu dekat,” ungkap Amir Ali, seorang pemuda berpendidikan Rohingya.
Dia juga mengatakan tidak ada lampu hijau untuk pemulangan Rohingya secara damai dan bermartabat ke negara bagian Rakhine Myanmar dalam waktu dekat.
“Jadi bagaimana kita bisa menunggu hanya untuk menjadi bagian dari negara tanpa pemimpin?”
Mengucapkan hal yang hampir sama, beberapa Rohingya lainnya juga meminta para pemimpin dunia untuk memastikan pemulangan mereka secara berkelanjutan dengan hak kewarganegaraan yang ditangguhkan oleh junta militer Myanmar.
“Geng perdagangan manusia internasional bekerja sama dengan kelompok mereka di Bangladesh sering menargetkan kami dan mendorong kami untuk pindah ke negara ketiga secara ilegal hanya mengambil keuntungan dari ketidakberdayaan kami,” ungkap seorang pemimpin komunitas Rohingya kepada Anadolu Agency yang meminta anonimitas.
Menurut UNHCR, lebih dari 2.000 orang dilaporkan telah melakukan perjalanan laut yang berisiko di Laut Andaman dan Teluk Benggala tahun ini dan hampir 200 dilaporkan meninggal.
Badan pengungsi juga mengatakan menerima laporan yang belum dikonfirmasi bahwa kapal lain dengan sekitar 180 orang di dalamnya masih hilang, dengan semua penumpang diyakini tewas.
“Indonesia telah membantu menyelamatkan 472 orang dalam enam minggu terakhir dari empat kapal, menunjukkan komitmennya dan menghormati prinsip-prinsip dasar kemanusiaan bagi orang-orang yang menghadapi persekusi dan konflik,” demikian pernyataan tersebut.
Bangladesh saat ini menampung lebih dari 1,2 juta Rohingya di 33 kamp sempit di distrik perbatasan selatan Cox’s Bazar, karena kebanyakan dari mereka melarikan diri dari penumpasan brutal militer di Myanmar pada 2017.
(Resa/AA)