ISLAMTODAY.ID—“Lewatlah sudah hari-hari di mana suku bunga rendah dapat menumbuhkan impian dunia harmonis yang dibangun di atas energi terbarukan, kesetaraan, dan bank sentral independen. Pada tahun 2023, ekonomi dunia akan bergeser ke Ekonomi Perang, di mana keuntungan ekonomi berdaulat dan kemandirian mengalahkan globalisasi.” Tegas Saxo Bank, bank asal Denmark yang baru saja menerbitkan laporan tentang prediksi Black Swans untuk tahun 2023.
Laporan lembaga perbankan Denmark berjudul Outrageous Predictions 2023: Economic Warfare memprediksi 10 peristiwa penting yang dapat terjadi di tahun 2023.
Di masa lalu, para analis di Saxo Bank yang dipimpin oleh pendiri dan CEO-nya, Kim Fournais, benar dalam sejumlah situasi. Misalnya, dalam prediksi kenaikan tajam inflasi AS. Begitu juga dengan persetujuan Brexit pada tahun 2016, pasar yang ambruk pada tahun 2008 dan lepas landasnya harga Bitcoin pada tahun 2017.
Tahun 2022 telah menjadi tahun yang penuh tantangan secara ekonomi dan politik. Pemerintah di seluruh dunia dan badan multilateral telah berfokus pada bagaimana mencapai penyeimbangan kembali keuangan global.
Gangguan yang disebabkan oleh serangkaian peristiwa seperti perang di Ukraina, masalah pasokan microchip dan komoditas, covid-19 di China seiring dengan kebijakan restriktif pemerintah China dan efek stimulus keuangan membuat dunia dalam kekacauan.
Beberapa prediksi bank investasi dan perdagangan online, yang didirikan pada tahun 1992 di Kopenhagen, Denmark, benar-benar mengejutkan jika menjadi kenyataan.
Apa yang disebut Black Swan yang dikutip dalam laporan merujuk pada peristiwa tak terpikirkan yang terjadi dari waktu ke waktu dan mampu mengubah situasi global.
Tahun 2023 diperkirakan akan menjadi tahun yang sulit dengan kemungkinan resesi global sebagai akibat dari langkah-langkah kuat yang diambil oleh bank sentral untuk menghentikan kenaikan inflasi sejak awal.
Saxo Bank mengatakan dunia akan beralih ke “mode ekonomi perang, di mana keuntungan berdaulat dan swasembada mengalahkan globalisasi.” Laporan itu menambahkan bahwa “prediksi untuk tahun 2023 berkisar pada bagaimana fokus negara untuk menegaskan diri mereka sendiri akan memengaruhi ekonomi global dan agenda politik”.
Menurut kepala investasi bank, Steen Jakobsen, prediksi yang tampaknya paling jelas untuk tahun depan adalah bahwa “tidak mungkin kembali ke dinamika disinflasi pra-pandemi karena kita telah memasuki ekonomi perang global”.
Terlebih lagi “dengan semua kekuatan utama dunia berjuang untuk menopang keamanan nasional mereka di semua lini; baik itu dalam arti militer, energi atau pasokan, ”tambah eksekutif perbankan itu.
Black Swans merupakan suatu prediksi peristiwa yang memiliki dampak sosioekonomi besar dan, setelah terjadi, dianalisis dengan melihat ke belakang dan akhirnya menjadi peristiwa yang bisa diperkirakan.
Inilah 10 prediksi ‘gila’ dari bank asal Denmark tersebut:
- Rencana triliunan dolar untuk energi
Kebutuhan dunia akan energi yang terus meningkat mendorong orang-orang terkaya di dunia berkumpul dan meluncurkan proyek pengembangan dan riset (R&D0 dengan ukuran yang belum pernah dilihat dunia sejak Proyek Manhattan memberi AS bom atom pertama.
- Presiden Prancis Emmanuel Macron Mundur
Kebuntuan politik di Prancis dan kebangkitan Marine Le Pen setelah pemilu 2022 memojokkan Presiden Macron, memaksanya untuk keluar dari dunia politik dan mengundurkan diri dari jabatannya.
3. Emas naik ke $3.000/ons setelah bank sentral gagal mengendalikan inflasi
Ketika pasar dan bank sentral menyadari gagasan bahwa inflasi bersifat sementara adalah salah, dan harga-harga akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama, emas melambung tinggi, mencapai harga $3.000.
- Uni Eropa bangun angkatan bersenjatanya sendiri
Dengan tantangan yang terus berlanjut di kawasan Eropa dan militer AS tidak menjalankan peran tradisionalnya sebagai pelindung global, Uni Eropa setuju untuk menciptakan angkatan bersenjatanya sendiri agar bisa mempertahankan diri dari berbagai risiko geopolitik, seperti perang Rusia-Ukraina.
- Satu negara setuju larang semua produksi daging pada 2030
Dalam upaya untuk menjadi salah satu pemimpin dunia dalam perjalanan menuju emisi bersih, satu negara memutuskan tidak hanya untuk memberlakukan pajak yang berat pada daging, tetapi juga melarang produksinya di dalam negeri sama sekali.
- Inggris adakan referendum menentang Brexit
Setelah resesi dan tekanan domestik yang besar, Inggris terlibat dalam kekacauan politik yang akan berakhir dengan pemungutan suara untuk mundur dari Brexit.
- Kontrol harga meluas untuk batasi inflasi resmi
Sejarah mengatakan kepada kita bahwa dengan ekonomi masa perang, muncullah penjatahan dan kontrol harga. Dan kali ini tidak ada bedanya, karena penguasa mulai memberlakukan kontrol harga yang ketat yang mengarah ke berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan.
8. OPEC+,China dan India tinggalkan IMF, setujui gunakan aset cadangan baru
Sanksi terhadap Rusia telah menyebabkan gejolak yang meluas karena pergerakan dolar di negara-negara di dunia yang tidak menganggap AS sebagai sekutu. Untuk membebaskan diri dari hal ini, mereka meninggalkan IMF dan menciptakan aset cadangan baru.
- USD/JPY menuju $200 saat Jepang rombak sistem keuangan
Setelah tantangan yang dihadapi oleh yen Jepang pada 2022, Bank of Japan mencoba untuk mencegah mata uangnya jatuh.
Tanpa keberhasilan jangka panjang, Jepang akan mengatur ulang seluruh sistem keuangannya. USD/JPY diprediksi naik ke $160 dan $170 karena protes publik terhadap inflasi yang meroket capai tingkat puncaknya.
Dengan USD/JPY naik di atas $180, pemerintah dan bank sentral turun tangan dan menetapkan batas di $200.
- Larangan tax haven menghapus modal swasta
Dalam ekonomi perang, muncul peningkatan fokus pada kepentingan nasional dan kemampuan negara-negara berdaulat untuk menegaskan diri mereka sendiri.
Terkait hal ini, negara-negara OECD mengalihkan perhatiannya ke tax haven dan mengeluarkan senjata besar, melarang praktek ini sama sekali. (Rasya)