ISLAMTODAY ID-Selama pertemuan Dewan Keamanan PBB terakhir, diplomat Rusia dan delegasi PBB Vasily Nebenzya mengutuk provokasi baru-baru ini oleh Menteri Keamanan Israel Itamar Ben Gvir yang menyerbu kompleks Al-Aqsa di Yerusalem timur yang diduduki pada 3 Januari.
Dia menambahkan bahwa insiden ini tidak dapat dipisahkan dari peristiwa yang terjadi pada tahun 2000.
Pada tahun 2000, PM Israel saat itu Ariel Sharon menyerbu kompleks Al-Aqsa yang mengakibatkan ratusan kematian dan pada dasarnya memicu Intifadah Kedua
Nebenzya mengatakan bahwa ketegangan di Yerusalem yang diduduki merupakan sumber destabilisasi di wilayah tersebut.
Selain itu, dia mengungkapkan bahwa pemerintah Israel dan perlawanan Palestina harus menahan diri untuk mencegah kabinet Israel yang baru menggusur warga Palestina lebih lanjut atau menyita properti dan tanah mereka.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mendesak agar kedua belah pihak menyelesaikan perbedaan mereka berdasarkan resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum, yang berpotensi menghasilkan penerapan solusi dua negara, menurut kantor berita WAFA.
Dilansir dari The Cradle, Jumat (6/1/2023), dulunya Ben Gvir telah menyerbu Masjid Al-Aqsa sebelum menjabat sebagai menteri dalam pemerintahan Netanyahu.
Namun, baru-baru ini, mata dunia – termasuk mata Washington – telah diarahkan lebih dekat ke arah retorika dan kebijakan ekstremis dan rasis dari pemerintahan baru.
Ben Gvir telah memimpin beberapa serangan kekerasan ke kompleks Masjid Al-Aqsa dan menyerukan pembongkarannya awal tahun lalu.
Menanggapi serangan ini, gerakan perlawanan Palestina Hamas telah memperingatkan eskalasi terhadap pendudukan.
Pada tanggal 3 Januari, sebuah roket ditembakkan dari Jalur Gaza menuju permukiman di sekitarnya menyusul provokasi Ben Gvir baru-baru ini.
Tel Aviv mengklaim bahwa serangan balasan kemungkinan besar dilakukan oleh Hamas.
(Resa/The Cardle)