ISLAMTODAY ID-Dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani menegaskan bahwa AS akan terus memiliki militer tanpa batas waktu di Irak untuk memerangi ISIS.
“Kami pikir kami membutuhkan pasukan asing,” ungkap Sudani dalam wawancara pertamanya dengan media AS sejak menjabat pada bulan Oktober.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa “penghapusan ISIS membutuhkan lebih banyak waktu.”
Pemerintahan Biden meninggalkan 2.000 tentara AS di Irak untuk melatih pasukan keamanan Irak melawan ISIS, bersama dengan beberapa ratus tentara NATO, yang sebagian besar tidak ikut berperang.
Sudani mengatakan bahwa negaranya menginginkan hubungan baik dengan AS dan Iran.
“Kami perjuangkan untuk itu,” ungkapnya, seperti dilansir dari The Cradle, Ahad (15/1/2023).
“Saya tidak melihat ini sebagai hal yang mustahil, untuk melihat Irak memiliki hubungan yang baik dengan Iran dan AS.”
Dalam wawancara tersebut, Sudani juga mengatakan ingin mengirim delegasi tingkat tinggi ke Washington untuk pertemuan mendatang dengan Presiden Joe Biden.
Dalam beberapa bulan terakhir, hubungan antara Irak dan Iran telah diuji.
Untuk diketahui, Iran telah melakukan beberapa operasi militer di wilayah udara Irak yang menargetkan pangkalan dan markas besar kelompok separatis di Wilayah Kurdistan Irak (IKR) yang telah mencoba menggunakan situasi keamanan di Iran untuk keuntungan mereka dalam serangan lintas batas.
Sebagai tanggapan, Irak dan IKR membahas mekanisme kontrol untuk keamanan perbatasan dalam mencegah serangan semacam itu terhadap Iran sekaligus melindungi kedaulatan Irak setelah serangan penembakan dan pesawat tak berawak terus dilakukan oleh Iran.
Demikian pula, pada 7 November, mantan penasihat keamanan nasional AS John Bolton mengatakan senjata yang digunakan oleh kelompok separatis bersenjata di Iran diselundupkan ke negara itu dari IKR.
Outlet media Iran Tabnak menerbitkan sebuah laporan pada tanggal 2 Desember yang menunjukkan foto-foto gudang besar yang disita, senjata terikat Iran yang dilaporkan disita oleh otoritas Irak di kota Sulaymaniyah, sebelah timur Wilayah Kurdistan Irak (IKR) dan tidak jauh dari perbatasan antara Irak dan Republik Islam.
Menurut Tabnak, ini adalah operasi penyelundupan senjata terbesar yang digagalkan sejauh ini dan merupakan bagian dari gelombang penyelundupan senjata baru-baru ini ke Iran.
Baru-baru ini, pada 10 Januari, pejabat keamanan di Wilayah Irak-Kurdistan (IKR) mengumumkan bahwa mereka telah membongkar dua jaringan terkait ISIS yang merencanakan serangan bom di seluruh Irak.
Pada November 2022, Irak meluncurkan fase kedelapan operasi anti-ISIS yang dijuluki “Kehendak Solid”, yang menargetkan sisa-sisa ISIS di Mosul utara.
(Resa/The Cradle)