ISLAMTODAY ID-Media di Republik Georgia ungkapkan bahwa salah satu peretas kasus kejahatan dunia maya terbesar dalam sejarah telah kembali ke Israel.
Gery Shalon ditangkap pada tahun 2015 dan didakwa oleh otoritas AS karena ikut serta dalam skema manipulasi saham.
Tuduhan tersebut dilaporkan terkait dengan peretasan JP Morgan dan bank lain dalam penipuan yang melibatkan ratusan juta dolar.
Surat dakwaan tersebut menuduh bahwa dia secara pribadi menyimpan setidaknya $100 juta atau Rp 1,5 triliun di rekening bank Swiss dan rekening lain di seluruh dunia, lapor Wall Street Journal.
Pengacara AS Preet Bharara menyebutnya sebagai “konglomerat kriminal yang terdiversifikasi” yang meraup keuntungan ilegal ratusan juta dolar selama delapan tahun.
Menurut Bloomberg, Shalon mengaku bersalah pada tahun 2017 di “ruang sidang tertutup” setelah didakwa atas 23 dakwaan sebagai imbalan atas hukuman yang jauh lebih ringan daripada yang dijatuhkan pada antek-anteknya.
Kesepakatan pembelaannya termasuk kesepakatan untuk kehilangan lebih dari $400 juta.
Apalagi ayahnya, Shota Shalelashvili, mengatakan bahwa Shalon diberikan kebebasannya pada tahun 2021 setelah menjalani sidang di AS dan kemudian pindah kembali ke Israel.
“Dia ada di Israel sekarang, tapi saya pikir dia berencana untuk kembali ke AS. Keahliannya terlalu besar untuk Israel,” ungkap Shalelashvili seperti dilansir dari The Cradle, Senin (30/1/2023)
Lahir di Georgia, Shalelashvili beremigrasi dari bekas Uni Soviet ke Israel dan kemudian pindah kembali ke Georgia pada tahun 2016. Sejak itu, dia juga kembali ke Israel, kata Bloomberg.
Shalon dan dua orang lainnya didakwa meretas server 12 perusahaan, termasuk JPMorgan dan Dow Jones & Co, penerbit Wall Street Journal, sebagai bagian dari operasi global yang juga melibatkan kasino internet ilegal.
Dia didakwa bersama dengan Ziv Orenstein, seorang warga negara Israel dan Joshua Aaron, seorang warga negara AS, yang dijatuhi hukuman 12 tahun penjara.
(Resa/MEMO)