ISLAMTODAY ID-Menteri luar negeri Rusia mengepalai delegasi besar yang mencakup ‘perusahaan dan investor minyak dan gas’, dengan kementerian luar negeri Irak mengonfirmasi ‘keterbukaan Irak kepada semua temannya’
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tiba di Irak pada hari Ahad (5/2/2023) untuk melakukan pembicaraan tentang ketahanan energi dan pangan sehubungan dengan konflik Ukraina, kata seorang juru bicara kementerian luar negeri Irak.
“Dia mendarat di Baghdad pada Ahad (5/2/2023) malam sebagai kepala delegasi besar yang mencakup perusahaan minyak dan gas dan investor”, ungkap Ahmed al-Sahhaf kepada AFP, seperti dilansir dari MEE, Ahad (5/2/2023).
Pada hari Senin, Lavrov akan bertemu dengan timpalannya dari Irak Fuad Hussein, kata kantor berita negara INA mengutip Sahhaf.
Dia juga akan bertemu Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani, Presiden Abdul Latif Rashid, dan ketua parlemen Mohammed al-Halbussi.
INA mengutip Sahhaf yang mengatakan kunjungan Lavrov “menegaskan keterbukaan Irak kepada semua mitra dan sahabatnya”.
Dia juga menggarisbawahi pentingnya “menarik investasi… terutama di bidang energi”.
Sahhaf sebelumnya mengatakan bahwa Lavrov dan Hussein “juga akan membahas transformasi terkait keamanan dan stabilitas kawasan, dan sudut pandang Irak terkait operasi militer di Ukraina”.
Dia mencatat bahwa Bagdad menyukai “dialog apa pun yang memungkinkan untuk meredakan eskalasi ini dan meredakan krisis… terutama di sektor pangan dan energi”.
Pernyataannya disampaikan di tengah melonjaknya harga makanan dan energi di pasar internasional sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu.
Irak, sekutu dekat Iran, juga memiliki hubungan strategis dengan Amerika Serikat yang masih memiliki tentara di negara itu sebagai bagian dari koalisi internasional menghadapi kelompok Negara Islam (ISIS).
Pada hari Kamis (2/2/2023), Hussein menjamu Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan.
Tidak disebutkan tentang kemungkinan dimulainya kembali negosiasi antara kelas berat regional Riyadh dan Teheran.
Bagdad telah berperan sebagai mediator dalam pembicaraan yang terhenti selama berbulan-bulan ini.
(Resa/MEE)