ISLAMTODAY ID-Setelah operasi militer Rusia di Ukraina, Barat telah memberikan tekanan terbesar secara internasional, memaksa negara-negara untuk memutuskan hubungan dengan Moskow dan mengancam sanksi dalam upaya untuk mengisolasi negara terbesar di dunia, sebuah upaya yang tampaknya tidak menghasilkan apa-apa di bekas jajahan di seluruh benua Afrika.
Afrika memiliki “pandangan yang sangat jelas” dan tahu “siapa musuhnya”, Menteri Luar Negeri Uganda Abubaker Jeje Odongo mengatakan kepada Sputnik dalam sebuah wawancara.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa mantan penjajah Barat tidak berhak memberi tahu negara-negara Afrika dengan siapa harus memiliki hubungan.
“Kami dijajah, dan kami memaafkan mereka yang menjajah kami. Sekarang penjajah meminta kita untuk menjadi musuh Rusia, yang tidak pernah menjajah kita; apakah itu adil? Bukan, jadi bagi kita, musuh mereka adalah musuh mereka, teman kita adalah teman kita. Harus ada pengecualian, tidak boleh ada campur tangan dalam hal itu,” ungkap Odongo, seperti dilansir dari Sputniknews, Ahad (19/2/2023).
Menteri menunjuk bahwa kerja sama militer Uganda dengan Rusia adalah masalah “hidup dan mati” bagi negara Afrika, menambahkan bahwa Kampala bertekad untuk mempertahankannya meskipun ada tekanan dan ancaman sanksi yang datang dari Barat.
“Sebagian besar peralatan militer kami adalah buatan Rusia dan terlepas dari apa yang disebut sanksi untuk Uganda, untuk terus mempertahankan diri, Uganda harus terus memperbarui peralatan yang dimilikinya. Jadi soal sanksi, memang rumit, tapi bagi kami, ini soal hidup dan mati. Dan kami akan melanjutkan karena kami harus bertahan hidup,” tambah Odongo.
Uganda dan Rusia memiliki hubungan lama sejak tahun 1960-an, dan banyak siswa Uganda telah diajar dan dilatih di Rusia, kata menteri tersebut.
Odongo juga mengonfirmasi bahwa Presiden Uganda Yoweri Museveni akan ambil bagian dalam KTT Rusia-Afrika mendatang, yang dijadwalkan akan diadakan pada akhir Juli di Saint Petersburg.
(Sputniknews/Resa)