ISLAMTODAY.ID—Spekulasi telah bergulir terus menerus selama sebulan terakhir tentang mengapa Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) begitu tegas mengubah “narasi resmi” tentang Konflik Ukraina dari merayakan kemenangan Kiev menjadi peringatan serius tentang potensi kerugiannya dalam perang proksi melawan Rusia ini.
Ini berupa pernyataan resmi dari Perdana Menteri, Presiden, dan Kepala Angkatan Darat Polandia serta Ketua Kepala Staf Gabungan AS soal gagalnya operasi di Ukraina, setelah itu New York Times mengakui bahwa sanksi Barat juga telah gagal total menyerang Rusia.
Alasan mengapa mereka memutuskan untuk secara tegas mengubah “narasi resmi” adalah karena krisis industri militer NATO, yang diperingatkan oleh New York Times November lalu dan kemudian disinggung oleh Sekretaris Angkatan Laut Biden bulan lalu.
Sekretaris Jenderal NATO juga mengumumkan apa yang disebut “perlombaan logistik” melawan Rusia, dimana dalih ini mengkonfirmasi bahwa benar krisis industri militer tengah terjadi yang mampu melumpuhkan blok tersebut.
Menurut transkrip konferensi pers pra-menteri Jens Stoltenberg yang dibagikan oleh situs web resmi NATO menjelang pertemuannya dengan para Menteri Pertahanan aliansi anti-Rusia ini, dia mengatakan hal berikut yang relevan dengan topik ini:
“Jelas bahwa kita berada dalam perlombaan logistik. Kemampuan utama seperti amunisi, bahan bakar, dan suku cadang harus mencapai Ukraina sebelum Rusia dapat mengambil inisiatif di medan perang.
Para menteri juga akan fokus pada cara-cara untuk meningkatkan kapasitas industri pertahanan NATO dan mengisi kembali stok.
Menurutnya Perang di Ukraina menghabiskan banyak sekali amunisi, dan menghabiskan persediaan Sekutu.
“Tingkat pengeluaran amunisi Ukraina saat ini jauh lebih tinggi daripada tingkat produksi kami saat ini. Ini menempatkan industri pertahanan kita di bawah tekanan.” Tambahnya
Nah, ini adalah masalah yang mulai dihadapi NATO sejak tahun lalu, dimana dukungan besar-besaran NATO ke Ukraina malah menjadi senjata makan tuan yang akhirnya menghabiskan stok persenjataan serta menciptakan krisis dalam produksi alutista militer.
Makna Dibalik Pernytaan Stoltenberg Soal Perlombaan Logistik
Konferensi pers Stoltenberg membuktikan adanya masalah di dalam industri militer NATO, dimana analis menyatakan bahwa pernyataannya adalah sinyal NATO sedang mengalami krisis.
Perlombaan logistik” yang dideklarasikan sendiri ini, yang dia gambarkan sebagai “perang gesekan”, pertama-tama membuktikan bahwa blok tersebut tidak siap untuk melancarkan perang proksi yang berkepanjangan melawan Rusia.
Analisis New York Times baru-baru ini bahwa sanksi anti-Rusia adalah sebuah kegagalan juga menunjukkan bahwa NATO benar-benar salah perhitungan dalam hal ini dengan mengharapkan Rusia runtuh sebagai akibat dari pembatasan tersebut, yang nyatanya tidak terjadi.
NATO benar-benar tidak dapat mempertahankan kecepatan, skala, dan ruang lingkup bantuan bersenjata mereka ke Kiev, terutama setelah sanksi mereka yang gagal mengkatalisasi keruntuhan ekonomi Rusia atau paling tidak memberi Ukraina keunggulan dalam “perlombaan logistik” ini. ”/”perang gesekan”.
Yang paling mencolok, Presiden Polandia mengakui sekutu tidak boleh mengesampingkan skenario Kiev untuk membuat konsesi teritorial dengan Rusia dalam wawancaranya baru-baru ini dengan Le Figaro, yang menurutnya seharusnya hanya menjadi pilihan negara itu untuk tetap bertahan.
Dimana Stoltenberg tidak menentang soal upaya perdamaian dengan konsesi teritorial itu, namun Ia tetap bersikukuh untuk “terus memberikan apa yang dibutuhkan Ukraina untuk menang. Dan untuk mencapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan”
“Perdamaian yang adil dan berkelanjutan” itu sendiri, menurut Dave Anderson dari Jerusalem Post, sebenarnya dapat dicapai dengan Kiev akhirnya melepaskan klaim teritorialnya.
Dalam opininya tentang bagaimana “Ukraina dapat menang melawan Rusia dengan menyerahkan tanah, bukan membunuh pasukan”, yang kebetulan diterbitkan pada hari yang sama dengan konferensi pers Stoltenberg.
Hasil itu dengan demikian akan memastikan keamanan Ukraina secara berkelanjutan, dengan demikian mewakili kemenangan atas Rusia, setidaknya menurut pandangan Anderson.
Dalam konteks yang lebih luas dari analisis ini dan khususnya interpretasi pernyataan Stoltenberg dari konferensi pers terbarunya, adalah upaya mengubah “narasi resmi” tentang konflik Ukraina ke arah prakondisi publik Barat untuk menerima semacam “kompromi” soal kemenangan Rusia.
Dimana kemenangan ini terjadi karena krisis industri militer NATO melumpuhkan kemampuan anggotanya untuk mempertahankan kecepatan, skala, dan ruang lingkup bantuan bersenjata blok mereka ke Kiev.
Laporan eksklusif Politico yang diterbitkan pada hari yang sama, yang mempertegas problem industri militer NATO adalah dari pernyataan Empat pejabat AS yang mengatakan bahwa negara mereka tidak dapat mengirimkan Kiev “Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat” (ATACMS) karena telah habis.
Pengungkapan ini membuktikan bahwa NATO berada di tengah-tengah krisis industri militer yang serius saat ini sehingga pemimpin mereka AS sendiri-pun bahkan tidak mampu untuk mengirimkan amunisi penting kepada proksi-proksinya.
Apa yang sangat menakjubkan tentang dinamika strategis ini adalah bahwa gabungan kemampuan industri militer dari 24 negara di blok tersebut tidak dapat bersaing dengan satu-satunya musuh mereka yaitu Rusia.
Wawasan itu pada gilirannya menunjukkan betapa hebatnya kompleks industri militer Rusia yang masih mampu mempertahankan kecepatan, skala, dan ruang lingkup yang sama dari operasi khusus yang sedang berlangsung di Ukraina meskipun ada sanksi terhadapnya.
Jika desas-desus tentang serangan skala penuh terjadi, maka kemungkinan akan memberikan pukulan mematikan bagi proksi NATO karena keunggulan Rusia dalam perlombaan logistik ini dan dengan demikian memaksa mereka untuk akhirnya menyerahkan wilayah sengketa Ukraina ke Rusia. (Rasya)