ISLAMTODAY.ID—Sekelompok ilmuwan mengusulkan untuk mendasarkan tipe baru kecerdasan buatan (AI) pada organ yang dimaksudkan untuk disamakan dengan sel-sel dari otak manusia.
Upaya tersebut berbasis di Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Maryland, tetapi dikoordinasikan dengan para ilmuwan dari seluruh dunia. Mereka menerbitkan argumen mereka untuk upaya tersebut baru-baru ini di Frontiers, sebuah jurnal peer-review yang berbasis di Lausanne, Swiss.
Ide mereka adalah menggunakan “organoids”, atau kultur 3-D dari sel otak manusia yang mereplikasi fungsi otak seperti pembelajaran, memori, dan yang dapat membentuk lebih banyak koneksi secara drastis daripada chip komputer terbaik sekalipun.
“Visi OI [kecerdasan organoid] adalah menggunakan kekuatan sistem biologis untuk memajukan bidang sains langsung, bioteknologi, dan ilmu komputer,” kata Lena Smirnova, peneliti JHU dan penulis makalah tersebut, kepada media AS.
“Jika kita melihat seberapa efisien otak manusia beroperasi dalam memproses informasi, belajar, dll, kami tergoda untuk menerjemahkan dan memodelkannya untuk memiliki sistem AI yang akan bekerja lebih cepat dan lebih efisien [daripada] komputer saat ini,” tambahnya.
Studi mereka menemukan bahwa otak manusia dapat menyimpan sekitar 2.500 terabyte informasi, yaitu sekitar 1.000 kali lebih banyak memori daripada laptop MacBook Air terbaru.
Otak manusia juga jauh lebih hemat energi daripada papan sirkuit, karena hanya membutuhkan daya yang sedikit untuk menyimpan sejumlah informasi yang setara dengan seluruh internet, menurut penelitian sebelumnya.
Dengan menggunakan metode komputer standar, diperlukan output listrik senilai pembangkit listrik tenaga nuklir untuk menyelesaikan tugas yang sama.
AI telah menjadi topik berita terkemuka dalam beberapa bulan terakhir karena beberapa perusahaan internet telah memperkenalkan fungsi pencarian interaktif.
Namun, banyak pengguna dengan cepat berhasil menemukan kesalahan pada sistem, termasuk kemampuan mereka untuk memahami nuansa interaksi manusia, serta beberapa bias yang dimasukkan ke dalam sistem oleh pemrogram.
Ini juga telah menjadi medan persaingan internasional, dengan pemerintah AS dan China bergegas untuk menopang industri AI mereka yang sedang berkembang.
Teknologi ini sangat menjanjikan, mulai dari bidang medis hingga aplikasi militer. Kekhawatiran bahwa sektor teknologi China dapat unggul jauh telah mendorong Washington untuk memberikan sanksi kepada perusahaan China, meskipun investor AS sama sekali tidak mematuhi upaya larangan tersebut.
Berbicara kepada Biro Politik Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok baru-baru ini, Presiden Tiongkok Xi Jinping mendesak partai tersebut untuk mempromosikan pendidikan sains dan teknis yang ekstensif dalam kurikulum sekolah anak-anak, untuk memberi Tiongkok keunggulan dalam dunia global “ revolusi sains-teknologi.” (Rasya)