ISLAMTODAY ID-Pejabat Israel menyatakan kekecewaannya atas kesepakatan damai Iran dan Arab Saudi yang diumumkan dari Beijing pada Jumat (10/3/2023) lalu.
Lebih lanjut, asisten Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada wartawan bahwa itu adalah hasil dari kelemahan Amerika serta kegagalan pemerintah Israel sebelumnya.
“Ada kelemahan AS dan Israel dan inilah mengapa Saudi mulai mencari jalan baru. Jelas bahwa ini akan terjadi,” ungkap pejabat senior yang tidak disebutkan namanya saat bepergian dalam rombongan Netanyahu di Roma, menurut Axios.
Axios melaporkan lebih lanjut, “Pejabat senior Israel yang memberi pengarahan kepada wartawan mengatakan pemerintah Israel tidak khawatir bahwa perjanjian baru Saudi-Iran akan menghambat upaya untuk mencapai terobosan yang dapat mengarah pada normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi.”
Tetapi mantan pemimpin Israel melontarkan tuduhan yang sama kepada Netanyahu, dengan mengatakan pemerintah koalisi baru yang harus disalahkan.
Mantan Perdana Menteri Israel Yair Lapid dan kepala oposisi saat ini di Knesset, juga menyesalkan bahwa kesepakatan Saudi-Iran menandakan “runtuhnya tembok pertahanan regional yang mulai kami bangun melawan Iran.”
“Inilah yang terjadi ketika seseorang berurusan dengan kegilaan hukum sepanjang hari alih-alih melakukan pekerjaannya melawan Iran dan memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat,” ungkap Lapid, seperti dilansir dari ZeroHedge, Senin (13/3/2023).
Lebih lanjut, dia mengomentari perombakan yudisial pemerintah Netanyahu, dan kekacauan yang dipicunya dalam politik Israel melalui unjuk rasa di jalanan.
Prioritas nomor satu Israel telah lama mengisolasi Teheran sebagai kekuatan regional, terutama karena pertahanan Iran di Suriah serta dukungannya yang lama kepada Hizbullah Lebanon.
Hubungan Israel yang lebih dekat dengan Riyadh menuju akhir itu, tetapi sekarang kesepakatan yang ditengahi China membuat semua ini dipertanyakan.
Kesepakatan normalisasi juga dipandang luas sebagai penghinaan atas pengaruh dan kehadiran Amerika yang memudar di Timur Tengah.
Setelah triliunan dihabiskan dan ribuan nyawa tentara AS hilang di Afghanistan dan Irak setelah pendudukan selama dua dekade, China masuk dan berperan sebagai pembawa damai, menumbuhkan pengaruhnya setelah kekacauan Washington.
Sekarang sekutu AS di wilayah tersebut, terutama di antara mereka Israel, menemukan diri mereka dalam posisi lemah dan defensif.
(Resa/ZeroHedge)