ISLAMTODAY ID-Amerika Serikat berencana untuk membuka kedutaan besar di negara pulau Pasifik Selatan Vanuatu.
Rencana ini dalam langkah terbaru Washington untuk meningkatkan kehadiran diplomatiknya di Pasifik dalam rangka melawan pengaruh China yang semakin meningkat.
“Konsisten dengan strategi Indo-Pasifik [Asia-Pasifik] AS, kehadiran diplomatik permanen di Vanuatu akan memungkinkan Pemerintah AS untuk memperdalam hubungan dengan pejabat dan masyarakat Ni-Vanuatu,” ungkap departemen tersebut dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
“Mendirikan Port Vila Kedutaan Besar AS akan memfasilitasi bidang kerjasama bilateral potensial dan bantuan pembangunan, termasuk upaya untuk mengatasi krisis iklim,” ujarnya, seperti dilansir dari TRTWorld, Sabtu (1/4/2023).
Amerika Serikat memiliki hubungan diplomatik dengan Vanuatu, yang berpenduduk 319.000 jiwa yang tersebar di 80 pulau, namun saat ini diwakili oleh diplomat yang berbasis di New Guinea.
Amerika Serikat membuka kembali kedutaannya di Kepulauan Solomon tahun ini setelah absen selama 30 tahun dan pengumuman Departemen Luar Negeri terbaru mengikuti kunjungan bulan ini ke wilayah tersebut, termasuk Vanuatu, oleh koordinator regional AS Kurt Campbell.
Kedutaan besar AS lainnya direncanakan di negara-negara pulau Pasifik Kiribati dan Tonga.
Hubungan China-Salomo
Terlepas dari dorongan diplomatik, Kepulauan Solomon bulan ini mengumumkan telah memberikan kontrak bernilai jutaan dolar kepada perusahaan negara China untuk meningkatkan pelabuhan internasional di Honiara.
Amerika Serikat dan sekutu regionalnya memiliki kekhawatiran bahwa China memiliki ambisi untuk membangun pangkalan angkatan laut di wilayah tersebut sejak Kepulauan Solomon mencapai pakta keamanan dengan Beijing tahun lalu.
Washington juga telah bekerja untuk memperbarui perjanjian dengan Kepulauan Marshall, Palau, dan Negara Federasi Mikronesia (FSM) di mana ia mempertahankan tanggung jawab atas pertahanan pulau-pulau itu dan mendapatkan akses eksklusif ke sebagian besar wilayah Pasifik.
Pemerintahan Biden mencari lebih dari $7 miliar selama dua dekade berikutnya untuk bantuan ekonomi ke tiga negara, kata Departemen Luar Negeri pekan lalu.
Sementara itu, dana tersebut dipandang sebagai kunci untuk melindungi mereka dari pengaruh China yang berkembang.
(Resa/TRTWorld)