ISLAMTODAY ID-AS dan Filipina meluncurkan latihan militer bersama terbesar mereka pada hari Selasa (11/4/2023) di tengah kebuntuan yang terus berlanjut dengan China.
Latihan yang diberi nama ‘Balikatan 2023’ itu akan berlangsung hingga 28 April dan melibatkan sekitar 12.200 personel Amerika dan 5.400 personel Filipina.
Mereka akan berlatih untuk serangan amfibi dan operasi kontraterorisme di antara tugas-tugas lainnya.
Latihan Balikatan telah diadakan setiap tahun sejak 1991 sesuai dengan pakta pertahanan 1951 antar negara.
Kolonel Michael Logico, seorang juru bicara militer Filipina, mengatakan permainan perang tahun ini mencakup latihan tembakan langsung untuk pertama kalinya.
Dia menambahkan bahwa kapal Angkatan Laut Filipina yang dinonaktifkan akan ditenggelamkan di lepas pantai Zambales di bagian utara negara itu.
“Balikatan memberikan peluang yang tak tertandingi untuk menunjukkan kekuatan dan kesiapan aliansi keamanan Filipina-AS,” ungkap Letnan Kolonel Daniel Huvane, Direktur Informasi Gabungan Gabungan Balikatan, seperti dilansir dari RT, Selasa (11/4/2023).
Sementara itu, pada hari Selasa (11/4/2023), sekelompok mahasiswa mengadakan protes di luar Kedutaan Besar AS di Manila dengan tanda bertuliskan “Tidak untuk pangkalan AS”.
Polisi mengatakan cat dilemparkan ke tanda dan logo Departemen Luar Negeri AS. Dua orang diamankan dalam acara tersebut.
Latihan itu dimulai sehari setelah China menyelesaikan latihan perang selama tiga hari di Selat Taiwan, di mana Tentara Pembebasan Rakyat mensimulasikan serangan di Taiwan dan perairan sekitarnya.
Latihan diluncurkan sebagai tanggapan atas kunjungan Tsai Ing-wen, presiden pulau itu, ke AS.
Beijing menganggap Taiwan, yang telah diperintah oleh pemerintah terpisah sejak akhir 1940-an, sebagai wilayahnya dan memandang hubungan luar negeri dengan pemerintah Taipei sebagai campur tangan dalam urusan dalam negerinya.
Filipina, yang memiliki sengketa wilayah dengan Beijing atas sekelompok pulau kecil di Laut China Selatan, mengizinkan AS bulan ini untuk menempatkan pasukan di empat pangkalan tambahan di seluruh negeri.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. mengatakan bahwa situs tersebut tidak akan digunakan untuk “tindakan ofensif”.
Kedutaan Besar China di Manila memperingatkan bulan lalu bahwa memperkuat hubungan pertahanan dengan AS akan “menyeret Filipina ke jurang perselisihan geopolitik.”
Pada hari Senin (10/4/2023), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan kerja sama AS-Filipina “tidak boleh ikut campur dalam sengketa Laut China Selatan” dan sebaliknya merugikan kepentingan Beijing.
(Resa/RT)