ISLAMTODAY ID-Presiden Prancis telah menggandakan retorika Taiwannya setelah memaparkan kritik terhadap Amerika.
“Paris adalah sekutu dan bukan “pengikut” Washington,” ungkap Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Rabu (12/4/2023).
Lebih lanjut, Macron membela komentarnya tentang “otonomi strategis” UE terkait meningkatnya ketegangan antara AS dan China.
“Menjadi sekutu bukan berarti menjadi bawahan… bukan berarti kami tidak memiliki hak untuk berpikir sendiri,” ungkap Macron di Amsterdam, pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.
Ditanya tentang posisi Prancis di Taiwan, Macron mengatakan bahwa Paris mendukung status quo, yang berarti “kebijakan Satu China dan pencarian penyelesaian damai untuk situasi tersebut.”
Sekembalinya dari perjalanannya ke China pada hari Ahad (10/4/2023), Macron berpendapat bahwa UE tidak dapat menjadi “hanya pengikut Amerika”, dan bahwa blok tersebut tidak berkepentingan untuk memicu ketegangan atas Taiwan.
“Hal yang lebih buruk adalah berpikir bahwa kita orang Eropa harus menjadi pengikut topik ini dan mengambil petunjuk dari agenda AS dan reaksi berlebihan China,” ungkapnya kepada wartawan, seperti dilansir dari RT, Kamis (12/4/2023).
Pernyataan itu membuatnya mendapatkan teguran keras dari Senator AS Marco Rubio, seorang Republikan Florida di komite urusan luar negeri, yang menyarankan Washington mungkin meninggalkan Uni Eropa untuk menangani konflik Ukraina sendiri.
Ketua parlemen Taiwan You Si-Kun pada hari Selasa (11/4/2023) berpendapat bahwa Prancis telah meninggalkan semboyannya “kebebasan, kesetaraan, persaudaraan” dan bahwa demokrasi maju tidak boleh “mengabaikan hidup dan mati orang di negara lain”.
Lebih lanjut, Si-Kun menambahkan bahwa komentar Macron membuat kebingungan.
Sementara itu, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa Macron “sangat tepat untuk menuntut kemerdekaan dan kedaulatan Eropa”, sementara Presiden Dewan Eropa Charles Michel mencatat “beberapa” pemimpin negara UE berpikir seperti Macron, meskipun mereka “ tidak akan mengatakan hal-hal dengan cara yang sama.
Ketika ditanya tentang komentar presiden Prancis pada hari Senin (10/4/2023), Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Prancis adalah sekutu lama dan ketidaksepakatan sesekali tidak mengurangi “kemitraan mendalam” dengan Paris.
Adapun posisi Uni Eropa, juru bicara Departemen Luar Negeri mengutip pidato baru-baru ini oleh presiden blok Ursula von der Leyen, yang menggambarkan China sebagai “ancaman keamanan nasional dan ekonomi,” dan mengatakan ada “konvergensi besar” antara Washington dan Brussels pada urusan.
(Resa/RT)