ISLAMTODAY ID-Dalam kunjungan pertama presiden Iran ke Suriah dalam lebih dari satu dekade, Ebrahim Raisi tiba di Damaskus pada 3 Mei.
Kunjungan ini bertujuan untuk pembicaraan dua hari yang meningkatkan hubungan bilateral dan memfasilitasi rekonstruksi pascaperang, Press TV melaporkan.
Presiden Raisi disambut di Bandara Internasional Damaskus oleh Menteri Ekonomi dan Perdagangan Luar Negeri Suriah Mohammad Samer al-Khalil.
Raisi akan disambut oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad pada upacara penyambutan resmi.
Dalam wawancara sebelum kunjungan tersebut, Raisi mengatakan, “Hari ini, jelas bagi semua orang di kawasan ini bahwa Republik Islam Iran adalah pilar kuat yang dapat dipercaya semua orang dan memainkan peran utama dan efektif dalam pembangunan regional. ”
Raisi juga mengatakan bahwa hubungan yang diperluas antara Iran dan Suriah akan menguntungkan kedua negara dan kawasan tersebut.
“Hubungan Iran-Suriah benar-benar strategis. Musuh melakukan yang terbaik untuk mengintegrasikan Suriah dan merusak hubungan Damaskus dengan negara-negara kawasan,” ujarnya, seperti dilansir dari The Cardle, Rabu (3/5/2023).
Kunjungan tersebut mengikuti pemulihan hubungan yang ditengahi China baru-baru ini antara saingan regional Iran dan Arab Saudi dan normalisasi hubungan yang berkelanjutan antara Suriah dan Arab Saudi, serta negara-negara Arab lainnya.
Sementara Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya berpartisipasi dalam perang rahasia yang didukung AS di Damaskus yang diluncurkan pada tahun 2011, Iran tetap menjadi sekutu setia Suriah dan memberikan bantuan dan penasihat militer untuk membantu mencegah jatuhnya Suriah ke Front Nusra, ISIS, dan kelompok terkait Al-Qaeda lainnya.
Iran terus mengirim penasihat ke Suriah dan mendukung unit militer Suriah, yang sering menjadi sasaran serangan udara Israel. Dua penasihat militer Iran terbunuh oleh serangan semacam itu di Damaskus pada awal April.
Terlepas dari dukungan kuat Iran, Raisi adalah presiden Iran pertama yang mengunjungi Suriah sejak kunjungan Mahmoud Ahmadinejad pada September 2010, tak lama sebelum perang dimulai.
(Resa/The Cradle)