ISLAMTODAY ID-Menurut surat kabar Ibrani Israel Hayom melaporkan pada 4 Mei, sebagai akibat dari lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam operasi perlawanan terhadap pasukan dan pemukim Israel selama setahun terakhir, lembaga keamanan Israel sedang mempertimbangkan operasi militer skala besar di Tepi Barat yang diduduki.
Menurut laporan itu, ini datang sebagai bagian dari diskusi mengenai potensi perubahan kebijakan militer Israel di wilayah tersebut.
“Serangan teror yang terus berlanjut di Samaria telah mendorong eselon keamanan untuk mempertimbangkan mengubah kebijakan militer di wilayah tersebut, termasuk potensi operasi militer berskala besar… Pendukung langkah tersebut mengatakan peningkatan hasutan untuk melakukan serangan teror dapat menyebabkan jumlah korban yang lebih banyak daripada satu operasi skala penuh,” ungkap laporan itu, seperti dilansir dari The Cradle, Kamis (4/5/2023).
“Pejabat belum mengambil keputusan akhir tentang masalah ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa dinas keamanan Shin Bet percaya “ada kebutuhan untuk perubahan kebijakan,” akan tetapi menteri pertahanan dan panglima militer Israel tidak yakin.
Laporan tersebut selanjutnya mengatakan bahwa pada awal 2022, Israel “di ambang” meluncurkan operasi Tepi Barat berskala besar, dan bahwa militer bahkan diberi perintah untuk mempersiapkannya.
Namun, operasi itu terhenti ketika pemerintahan Benjamin Netanyahu mulai menjabat.
Dengan berakhirnya bulan suci Ramadan, rencana itu kembali menjadi agenda, tambah laporan itu.
“Selain operasi militer berskala besar, para pejabat keamanan juga mempertimbangkan untuk meningkatkan upaya pencegahan dengan menangkap individu yang terlibat dalam kegiatan teror, meningkatkan operasi di Tepi Barat satu per satu, serta memperkuat Otoritas Palestina (PA) untuk melakukan operasi penegakan hukumnya sendiri,” tulis Israel Hayom.
Serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki sudah cukup sering. Operasi menargetkan pejuang perlawanan dan anggota kelompok yang telah melakukan serangan terhadap Israel.
Namun, mereka biasanya tidak pandang bulu dan hampir selalu mengakibatkan korban sipil.
Dalam beberapa bulan terakhir, AS mengajukan rencana untuk membentuk unit ‘pasukan khusus’ PA yang ditujukan untuk memerangi kelompok perlawanan di kota-kota Tepi Barat seperti Jenin dan Nablus.
Investigasi yang dirilis oleh The Cradle pada bulan Maret menyoroti kurangnya kelayakan rencana ini mengingat disorganisasi PA, kelemahan, dan hilangnya kendali atas Tepi Barat.
Ini juga menyoroti adanya koordinasi keamanan dengan Israel, ada unsur-unsur dalam PA yang terkait dengan kelompok perlawanan.
“Sejumlah besar kader Pasukan Keamanan Otoritas Palestina (PASF) saat ini aktif di Brigade Jenin,” ungkap penyelidikan, serta di kelompok lain.
Dalam operasi baru-baru ini, Letnan PA Mohammad Baradiyah melakukan operasi menabrakkan mobil terhadap warga Israel di Hebron.
Brigade Jenin, serta Brigade Nablus, baru-baru ini membentuk cabang Tepi Barat dari gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) yang berbasis di Gaza dan sayap militernya, Brigade Al-Quds.
Kelompok-kelompok ini, serta faksi-faksi lain yang baru dibentuk seperti Sarang Singa, telah membuktikan kemampuan tempur mereka secara kompeten saat menghadapi serangan brutal Israel. Ini khususnya benar di Jenin dan Nablus.
Setiap operasi Israel berskala besar di Tepi Barat diharapkan akan menghadapi perlawanan dan konfrontasi sengit dari kelompok-kelompok ini.
(Resa/The Cradle)