ISLAMTODAY ID-Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, dan Tlaleng Mofokeng, pelapor khusus PBB untuk hak atas kesehatan, pada 3 Mei menyerukan agar Israel dimintai pertanggungjawaban atas kematian Khader Adnan, seorang pemimpin dan aktivis terkemuka Palestina.
“Kematian Khader Adnan adalah bukti tragis atas kebijakan dan praktik penahanan Israel yang kejam dan tidak manusiawi, serta kegagalan masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel dalam menghadapi ilegalitas yang tidak berperasaan yang dilakukan terhadap warga Palestina,” ungkap para pejabat PBB, seperti dilansir dari The Cradle, Kamis (4/5/2023)
Adnan meninggal pada 2 Mei di penjara Israel setelah mogok makan selama 87 hari, dan kematian pertama dalam lebih dari 30 tahun.
Sebanyak 236 tahanan Palestina telah meninggal sejak tahun 1967, 75 di antaranya meninggal akibat kelalaian medis.
“Kita tidak dapat memisahkan kebijakan pembantaian Israel dari sifat kolonial pendudukannya, yang dimaksudkan untuk mengontrol dan menaklukkan semua warga Palestina di wilayah yang ingin dikontrol Israel,” ungkap para ahli PBB.
“Praktek sistematis penahanan administratif sama saja dengan kejahatan perang yang dengan sengaja merampas hak orang-orang yang dilindungi atas pengadilan yang adil dan teratur.”
“Berapa banyak lagi nyawa yang harus hilang sebelum satu inci pun keadilan dapat diberikan di wilayah Palestina yang diduduki?” ungkapnya.
Seorang anggota terkemuka dan juru bicara Jihad Islam Palestina (PIJ), Adnan telah ditangkap dan dibebaskan beberapa kali dalam dekade terakhir dan melakukan beberapa aksi mogok makan.
Dalam surat wasiat yang dia tulis sebelum kematiannya, Adnan menyatakan, “Jangan putus asa, tidak peduli apa yang dilakukan penjajah untuk memperpanjang pendudukan mereka [tanah Palestina], ketidakadilan, dan kecemburuan, kemenangan Tuhan sudah dekat, dan janjinya kepada hamba-hambanya akan kemenangan dan pemberdayaan sudah dekat.”
Untuk diketahui, Adnan ditahan pada 5 Februari dan langsung melakukan mogok makan.
Dia menderita gangguan kesehatan yang parah akibat serangan itu, termasuk sering muntah darah, kelemahan parah, sering kehilangan kesadaran, kesulitan berbicara, dan sakit parah di sekujur tubuhnya.
Israel saat ini menahan sekitar 4.900 warga Palestina di penjara-penjaranya, termasuk 1.016 tahanan administratif yang ditahan untuk jangka waktu tak terbatas tanpa pengadilan atau dakwaan.
Perintah penahanan administratif ditinjau setiap enam bulan untuk melihat apakah seorang tahanan dapat dibebaskan atau apakah perintah tersebut akan diperbarui. Proses ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.
(Resa/The Cradle)