ISLAMTODAY ID-Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional China dan perusahaan keamanan internet 360 China mengatakan pada hari Kamis (4/5/2023) melaporakan bahwa Badan Intelijen Pusat AS (CIA) mendalangi sejumlah besar serangan peretas dan “revolusi warna” di ruang pasca-Soviet dan wilayah lain di dunia.
“Selama bertahun-tahun, CIA diam-diam mengorganisir “perubahan damai” dan “revolusi warna”, serta melakukan kegiatan spionase dan mencuri informasi,” ungkap laporan itu, seperti dilansir dari Sputniknews, Kamis (5/5/2023).
Para penulis laporan percaya bahwa Revolusi Beludru di Cekoslowakia pada tahun 1989, Revolusi Mawar di Georgia pada tahun 2003, Revolusi Oranye di Ukraina dari 2004-2005, Revolusi Tulip di Kyrgyzstan pada tahun 2005, Musim Semi Arab tahun 2010-an, Euromaidan Ukraina dari 2013-2014, dan Gerakan Bunga Matahari di Taiwan pada tahun 2014, yang diakui sebagai “revolusi warna” oleh pakar dan organisasi internasional, serta banyak acara lainnya yang diatur oleh layanan khusus AS.
Selain itu, surat kabar tersebut berpendapat bahwa agen rahasia AS mencoba melakukan “revolusi warna” di Belarus, Azerbaijan, Lebanon, Myanmar, Iran, dan negara-negara lain.
“Menurut statistik, selama beberapa dekade terakhir, CIA telah menggulingkan atau berusaha menggulingkan pemerintah yang sah di lebih dari 50 negara, menyebabkan kerusuhan,” tulis laporan tersebut.
Selain itu, laporan tersebut mengatakan bahwa organisasi peretas APT atau APT-C-39, yang diekspos oleh perusahaan 360 pada tahun 2020, menggunakan alat serangan sibernya yang serupa dengan yang ditampilkan dalam makalah Vault 7 yang diterbitkan oleh WikiLeaks dan terdaftar di sana sebagai peralatan peretasan CIA.
Sasaran utama organisasi ini adalah infrastruktur informasi penting dari berbagai negara, kedirgantaraan, lembaga penelitian, perusahaan minyak, perusahaan internet, dan lembaga pemerintah.
Kegiatannya dapat ditelusuri kembali ke tahun 2011, dan serangan berlanjut hingga hari ini, menurut laporan tersebut.
(Resa/Sputniknews)