ISLAMTODAY ID-Ibrahim Traore mengatakan Moskow adalah pemasok utama peralatan militer, tetapi dia juga membantah adanya keterlibatan Wagner di ibu kota.
Rusia telah menjadi sekutu strategis bagi Burkina Faso, kata presiden junta, Ibrahim Traore, Kamis, berbicara tentang “bentuk kerjasama baru” negara itu setelah pengusiran pasukan Prancis.
“Keberangkatan tentara Prancis” pada bulan Februari “tidak berarti bahwa Prancis bukan sekutu,” kata Traore dalam wawancara televisi yang dikutip oleh Reuters, seperti dilansir dari RT, Jumat (5/5/2023).
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa “kami juga memiliki sekutu strategis… Rusia, misalnya, adalah sekutu strategis.”
Negara Afrika Barat itu mengakhiri perjanjian militer 2018 yang memungkinkan pasukan Prancis dan Burkinabe untuk melawan jihadis bersama-sama, mengutip kegagalan militer dalam mengatasi ancaman keamanan, yang menurut PBB telah membuat 2,5 juta orang mengungsi.
Negara-negara Barat telah berulang kali menyuarakan keprihatinan tentang pengaruh Rusia yang tumbuh di wilayah Sahel dan perbatasan Afrika, dengan Paris menyalahkan Moskow atas sentimen anti-Prancis di Burkina Faso dan Mali.
Menurut laporan, kelompok militer swasta Rusia Wagner telah terlibat dalam pelatihan Tentara Burkinabe, memberikan dukungan intelijen, dan melakukan operasi tempur melawan militan di utara negara itu.
Di sisi lian, pemimpin pemerintah militer membantah laporan tentang pasukan Wagner yang beroperasi di Ouagadougou, dengan mengatakan “tentara kami bertempur sendirian”.
Dia menyatakan bahwa Moskow adalah pemasok utama peralatan militer ke negara itu, yang telah menghadapi pemberontakan jihadis yang berlarut-larut sejak 2013, dan dia “puas dengan kerja sama”, yang dia gambarkan sebagai “terus terang”.
Moskow juga menolak tuduhan kehadiran Wagner di Burkina Faso, dengan Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov menyebut tuduhan itu tidak berdasar.
Duta Besar Rusia untuk Pantai Gading dan Burkina Faso, Aleksey Saltykov, menegaskan kembali komitmen Kremlin untuk meningkatkan hubungan dengan Ouagadougou, di mana ia berharap untuk membuka kembali konsulatnya yang ditutup pada tahun 1992.
(Resa/RT)