ISLAMTODAY ID-Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington telah mengembangkan sistem berbasis kecerdasan buatan untuk mendeteksi dan mengumpulkan disinformasi ‘Rusia’ secara online.
Pernyataan tersebut diungkapkan pada Selasa (9/5/2023) di Upacara Penghargaan Tahunan Freedom House 2023.
“Departemen Luar Negeri telah menciptakan Aggregator Konten Ukraina online berkemampuan AI untuk mengumpulkan disinformasi Rusia yang dapat diverifikasi dan kemudian membagikannya dengan mitra di seluruh dunia,” ungkap Blinken.
“Pemerintah bekerja sama dengan para sarjana untuk dapat mendeteksi teks palsu yang dihasilkan oleh chatbot Rusia dengan andal”, ungkapnya, seperti dilansir dari RT, Rabu (10/5/2023).
Tahun lalu, perusahaan analitik media sosial Graphika dan Stanford Internet Observatory mengatakan ratusan akun yang menyebarkan narasi pro-Barat selama lima tahun terakhir kemungkinan dijalankan oleh unit Centcom Pentagon.
Pada bulan Maret, situs berita The Intercept melaporkan dokumen kontrak federal, yang menunjukkan bahwa Komando Operasi Khusus AS berencana untuk melakukan kampanye propaganda dan penipuan secara online menggunakan teknologi deepfake.
Bulan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuduh AS melancarkan “kampanye informasi yang belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap Rusia sejak awal konflik di Ukraina.
“Washington dan sekutunya membutuhkan perang dengan cara apa pun, dan metode favorit mereka untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri adalah provokasi, disinformasi, dan ancaman”, bantah Zakharova.
Berbicara tentang kecerdasan buatan secara umum, Blinken memperingatkan bahwa teknologi tersebut dapat menjadi bumerang dan “memperkuat diskriminasi dan memungkinkan penyalahgunaan”.
“Ini juga berisiko memperkuat pemerintah otokratis, termasuk dengan memungkinkan mereka mengeksploitasi media sosial secara lebih efektif untuk memanipulasi rakyat mereka dan menabur perpecahan di antara dan di dalam musuh mereka,” ungkapnya.
Sejak rilis bot kecerdasan buatan ChatGPT November lalu, perdebatan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh AI semakin meningkat di industri dan di kalangan akademisi.
Geoffrey Hinton, yang dikenal sebagai salah satu ‘bapak’ AI, memperingatkan minggu lalu bahwa teknologi tersebut dapat menghadirkan ancaman yang “lebih mendesak” daripada perubahan iklim.
Pada bulan Maret, beberapa pemimpin industri teknologi, termasuk Elon Musk, ikut menandatangani surat terbuka.
Surat tersebut mendesak jeda enam bulan dalam pengembangan teknologi AI yang lebih kuat daripada ChatGPT, dan penunjukan regulator independen untuk memberikan pengawasan di lapangan.
(Resa/RT)