ISLAMTODAY ID-India, Vietnam, dan negara-negara lain yang menolak mengecam Rusia atas konfliknya dengan Ukraina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengakui bahwa sebagian besar setuju dengan prinsip-prinsip di balik “tatanan internasional” yang berbasis di Barat, tetapi mereka tidak yakin bahwa prinsip-prinsip tersebut diterapkan secara adil di Moskow.
“Ketika saya berbicara dengan para pemimpin dari negara-negara tersebut, banyak yang meyakinkan saya bahwa mereka tidak mempertanyakan prinsip-prinsip yang mendasari tatanan internasional kita. Apa yang mereka perjuangkan adalah penerapan yang tidak setara dari prinsip-prinsip tersebut,” ungkap Scholz pada hari Senin (15/5/2023) di Global Solutions Summit di Berlin, seperti dilansir dari RT, Senin (15/5/2023).
Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa Oktober lalu memberikan suara yang sangat besar untuk menuntut agar pasukan Rusia segera mundur dari Ukraina, tetapi belasan negara menentang resolusi tersebut atau abstain.
Selain India dan Vietnam, negara-negara seperti China, Afrika Selatan, Aljazair, dan Pakistan memilih abstain.
Negara-negara tersebut sebagian besar menolak tekanan AS untuk bergabung dalam kampanye sanksi yang dipimpin Barat terhadap Rusia.
“Apa yang mereka harapkan adalah perwakilan dengan persyaratan yang sama dan diakhirinya standar ganda Barat,” ungkap Scholz.
Dia menambahkan bahwa kerja sama dari negara-negara berpengaruh tersebut akan “paling terbatas” jika para pemimpin mereka menganggap bahwa “kami hanya mendekati mereka karena kami tertarik dengan bahan mentah mereka atau karena kami menginginkan dukungan mereka pada resolusi PBB.”
Scholz mengklaim bahwa persepsi kemunafikan geopolitik Barat tidak selalu dibenarkan.
“Tapi kita harus mengatasinya jika kita ingin mendorong kekuatan di Asia, Afrika, dan Amerika untuk bergabung dengan kita dalam membangun dan mempertahankan tatanan global yang stabil.”
Dia menyarankan bahwa menawarkan negara berkembang suara yang lebih besar dalam urusan internasional akan membantu mendapatkan kerja sama mereka.
Misalnya, dia telah mendukung pemberian perwakilan tetap negara-negara Afrika di Dewan Keamanan PBB dan menjadikan Uni Afrika sebagai anggota tetap G20.
Pejabat Rusia sering menuduh AS dan sekutu Baratnya menuntut agar aturan mereka diikuti tanpa melakukannya sendiri.
“Misalnya, Washington hanya mengadvokasi prinsip penentuan nasib sendiri dan menghormati integritas teritorial jika sesuai dengan kepentingannya,” ungkap para diplomat Rusia.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menunjukkan pada bulan Maret bahwa Washington telah mengabaikan masalah keamanan Moskow di negara tetangga Ukraina setelah membenarkan intervensi militer Amerika yang jauh di negara-negara seperti Suriah, Libya, dan Serbia dengan mengklaim bahwa kepentingan nasionalnya terancam.
“Singkatnya, jika ini bukan yang Anda sebut standar ganda, maka saya bukan menteri luar negeri,” ungkap Lavrov.
(Resa/RT)