ISLAMTODAY ID-Pengusiran paksa warga Palestina tahun 1948 dari tanah air (Nakba) mereka telah menciptakan krisis pengungsi terpanjang yang belum terselesaikan dalam sejarah modern.
Setiap tahun pada tanggal 15 Mei warga Palestina menandai Nakba, “malapetaka”, ketika sekitar 750.000 warga Palestina diusir secara paksa dari rumah mereka oleh milisi Zionis untuk memberi jalan bagi pembentukan Israel pada tahun 1948.
Dilansir dari MEE, Kamis (11/5/2023), peristiwa tersebut telah membentuk politik di Israel dan Palestina sejak saat itu.
Insiden tersebut bagi orang Palestina masih berlanjut hingga hari ini dalam berbagai bentuk perang, pendudukan, pengepungan, penghancuran rumah, penyitaan tanah, dan banyak lagi.
Di sini, Middle East Eye memecah Nakba dalam lima grafik.
Peristiwa Nakba dapat ditelusuri kembali ke tahun 1917, ketika Inggris, dalam “Deklarasi Balfour”, berjanji kepada para pemimpin Zionis bahwa hal itu akan membantu mendirikan “di Palestina sebuah rumah nasional bagi orang-orang Yahudi”.
Setelah merebut Yerusalem dari Kekaisaran Utsmaniyah pada akhir Perang Dunia Pertama (1914-18), Inggris memerintah Palestina antara 1923-1948 di bawah “mandat” dari Liga Bangsa-Bangsa.
Di bawah 25 tahun pemerintahan Inggris, orang Palestina berulang kali ditekan, sementara imigrasi Yahudi Eropa berkembang pesat dan kelompok Zionis dilatih dan dipersenjatai.
Dengan Inggris memutuskan untuk mengakhiri mandatnya atas Palestina pada tahun 1947, dan PBB gagal menegakkan pemerintahan alternatif, Zionis mulai menyerang warga Palestina sebagai bagian dari kampanye sistemik pengusiran paksa.
Pada akhir perang, pasukan Zionis telah membunuh 13.000 warga Palestina, menghancurkan dan mengosongkan sekitar 530 desa dan kota.
Selain itu, pasukan juga setidaknya melakukan 30 pembantaian dan mengusir 750.000 orang.
Sekitar 150.000 warga Palestina tetap berada dalam batas-batas negara Israel yang baru dibentuk, banyak dari mereka mengungsi secara internal.
Mereka yang diusir pada tahun 1948 dan keturunan mereka berjumlah 5,8 juta pengungsi saat ini, sebagian besar tinggal di negara-negara Arab tetangga.
Israel tidak pernah mengizinkan pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah air mereka, menjadikan penderitaan mereka sebagai krisis pengungsi terpanjang yang belum terselesaikan dalam sejarah modern.
(Resa/MEE)