ISLAMTODAY ID-Popularitas YouTube sebagai platform streaming video telah mengubah cara orang mengonsumsi konten online sejak diluncurkan pada tahun 2005.
Institut Penelitian dan Pencegahan Bunuh Diri Australia (AISRAP) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa pengguna YouTube yang sering dan terbiasa mengalami tingkat kesepian, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi.
Temuan baru para peneliti dari Universitas Griffith telah mengungkapkan bahwa penggunaan YouTube yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Luke Balcombe dan Profesor Emeritus Diego De Leo dari Griffith University’s School of Applied Psychology dan AISRAP memprakarsai penelitian untuk mengeksplorasi efek positif dan negatif YouTube terhadap kesehatan mental.
Penelitian menentukan individu di bawah 29 tahun dan mereka yang secara teratur menonton konten tentang kehidupan orang lain sangat rentan terhadap efek negatif.
Dilansir dari Sputniknews, Selasa (16/5/2023), Balcombe menyoroti bahwa perkembangan hubungan parasosial antara pembuat konten dan pemirsa dapat menimbulkan kekhawatiran.
Meskipun beberapa kreator dapat mengembangkan hubungan yang sehat dengan pengikutnya, koneksi online ini dapat memperburuk kecemasan sosial dan menghambat interaksi tatap muka yang penting untuk pengembangan pribadi.
Studi ini merekomendasikan individu untuk membatasi waktu mereka di YouTube dan mencari bentuk interaksi sosial alternatif untuk memerangi kesepian dan meningkatkan kesehatan mental yang positif.
Orang tua sangat khawatir tentang jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak mereka di YouTube, karena sulit untuk terus memantau aktivitas mereka di platform.
Para peneliti juga mengemukakan kekhawatiran tentang algoritme YouTube, yang secara tidak sengaja dapat merekomendasikan konten terkait bunuh diri kepada pengguna, yang berpotensi mengarahkan mereka ke “lubang kelinci” yang mengganggu.
Meskipun pengguna dapat melaporkan konten semacam itu, sering kali tidak dilaporkan karena banyaknya konten yang diunggah.
Algoritme YouTube kesulitan mendeteksi dan menghapus video berbahaya secara efektif dalam jangka waktu singkat.
Saat konten yang berpotensi berbahaya teridentifikasi, YouTube akan mengeluarkan peringatan dan menanyakan kepada pengguna apakah mereka ingin melanjutkan menonton.
Untuk mengatasi masalah ini, Balcombe menyarankan penerapan langkah-langkah pemantauan dan intervensi menggunakan kecerdasan buatan (AI), terutama untuk anak-anak dan remaja rentan yang terlibat dalam penggunaan YouTube frekuensi tinggi.
Dia selanjutnya mengusulkan sistem rekomendasi algoritmik independen, terpisah dari YouTube, yang memandu pengguna menuju konten atau promosi kesehatan mental positif yang terverifikasi.
Balcombe menekankan perlunya alat dan intervensi kesehatan mental terverifikasi yang menggabungkan pembelajaran mesin berbasis AI, pemodelan risiko, dan keputusan ahli manusia.
Solusi semacam itu dapat secara efektif mengatasi permintaan yang terus meningkat akan dukungan kesehatan mental digital.
Temuan penelitian, yang dipublikasikan di jurnal informatik, menyoroti potensi konsekuensi negatif dari penggunaan YouTube yang berlebihan pada kesehatan mental dan menekankan pentingnya mempromosikan kebiasaan online yang lebih sehat dan mengembangkan referensi kesehatan mental yang andal.
(Resa/Sputniknews)