ISLAMTODAY ID-Dua penjaga perbatasan Iran dan seorang militan Taliban tewas pada tanggal 27 Mei selama bentrokan perbatasan yang intens antara Iran dan Afghanistan.
Bentrokan tersebut merupakan eskalasi terbaru dalam sengketa air yang telah berlangsung lama antara kedua negara.
Masing-masing pihak mengklaim bahwa pihak lain yang memulai bentrokan.
“Hari ini, di provinsi Nimroz, pasukan perbatasan Iran menembak ke arah Afghanistan, yang ditanggapi dengan reaksi balik. Situasi sekarang terkendali. Imarah Islam [Afganistan] (IEA) tidak ingin berperang dengan tetangganya,” ungkap juru bicara kementerian dalam negeri di pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Taliban, Abdul Nafi Takor, seperti dilansir dari The Cradle, Ahad (28/5/2023).
Menurut outlet media Iran, IRNA, pasukan perbatasan Teheran menggunakan tembakan senjata berat untuk menimbulkan korban dan kerusakan pada pasukan Afghanistan.
“Tanpa mematuhi hukum internasional dan keramahtamahan yang baik, pasukan Taliban mulai menembaki pos pemeriksaan Sasoli … menimbulkan tanggapan tegas,” ungkap wakil kepala polisi Iran, Qasem Rezaei, seperti dikutip.
Otoritas Iran menutup penyeberangan komersial utama Milak – Zaranj sampai pemberitahuan lebih lanjut, tambah IRNA.
Pekan lalu, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengeluarkan peringatan keras ke Afghanistan, mendesak IEA agar tidak melanggar perjanjian Helmand River tahun 1973.
“Kami tidak akan membiarkan hak rakyat kami dilanggar,” ungkapnya, dan memperingatkan bahwa pemerintah Taliban harus menanggapi kata-katanya dengan serius.
Taliban menolak peringatan presiden, menganggapnya sebagai ancaman yang tidak beralasan.
Pada 26 Mei, seorang tokoh Taliban yang terkenal, Jenderal Mubin Khan, terlihat dalam sebuah video di media sosial yang mengejek Raisi.
Dalam video tersebut, dia terlihat mengisi kendi berisi air dan berkata: “Saya mengambilkan air untuknya [presiden Iran] dari provinsi Logar karena dia telah mengirimkan peringatan serius kepada kami. Tolong jangan peringatkan kami karena kami akan ketakutan.”
Sungai Helmand mengalir di antara kedua negara, dan Iran selama bertahun-tahun menuduh otoritas Afghanistan membatasi aliran airnya ke Iran dan menyebabkan kekeringan atau kekeringan.
Ketegangan atas masalah air dilaporkan meningkat, meskipun ada negosiasi dan komitmen sebelumnya dari kedua belah pihak.
Iran memiliki hubungan yang tegang dengan Taliban secara historis.
Pada tahun 1998, Taliban merebut kota Mazar-e-Sharif di Afghanistan, melakukan kekejaman terhadap kelompok minoritas Hazara.
Setidaknya sepuluh diplomat Iran tewas dalam kekerasan setelah serangan terhadap kedutaan Iran.
Iran terus menyerukan diakhirinya blokade ekonomi AS yang telah membuat Afghanistan kehilangan akses ke cadangan devisanya dan jatuh jauh ke dalam bencana kemanusiaan.
Namun, belum mengakui pemerintah Taliban secara formal karena tindakan represifnya terhadap perempuan dan kurangnya inklusivitas dalam pemerintahan.
(Resa/The Cradle)