ISLAMTODAY ID- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan Kosovo pada hari Ahad (28/5/2023) agar tidak melakukan langkah sepihak dan mendestabilisasi setelah polisi Kosovo bentrok dengan etnis Serbia di utara yang mayoritas penduduknya Serbia.
“Pristina & Beograd harus terlibat dalam dialog yang dipimpin UE sekarang, sebagai satu-satunya cara menuju perdamaian & normalisasi. Pristina harus mengurangi ketegangan & tidak mengambil langkah sepihak dan mendestabilisasi,” tulisnya di media sosial setelah berbicara dengan kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell.
Polisi Kosovo menggunakan kekerasan pada hari Kamis untuk melantik walikota etnis Albania di Kosovo utara setelah pemilihan pada bulan April yang diboikot oleh sebagian besar pemilih.
Dewan Keamanan Nasional Serbia menuduh misi penjaga perdamaian yang dipimpin NATO, KFOR, tidak bertindak.
Serbia menempatkan angkatan bersenjatanya dalam siaga tempur penuh dan memindahkan mereka ke dekat perbatasan menyusul tindakan keras polisi Kosovo terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah yang damai.
“Ketegangan di Kosovo mencapai puncaknya dan dapat meningkat menjadi bentrokan bersenjata, dengan Serbia terus mengirim pasukannya ke perbatasan Kosovo untuk menanggapi kemungkinan provokasi,” ungkap Menteri Pertahanan Serbia Milos Vucevic, seperti dilansir dari Sputniknews, Ahad (28/5/2023).
“Situasinya damai hanya secara tampilan. Saat ini tidak ada insiden. Ketegangan sedang memuncak, indikator ketegangan ada di zona merah, terutama di antara orang Serbia yang langsung berada di bawah ancaman teroris rezim [Perdana Menteri Kosovo] Albin Kurti,” ujar Vucevic kepada penyiar Serbia.
Eskalasi saat ini dapat berubah menjadi konflik langsung kapan saja, menurut menteri.
“Tentu saja, Serbia dapat terseret ke dalam konflik dan akan digambarkan sebagai agresor,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa “Kita harus sangat berhati-hati, … pasukan ditugaskan untuk mengambil posisi pada jam 3 sore besok [13: 00 GMT].”
Pada hari Sabtu, Dewan Keamanan Nasional Serbia mengutuk pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin NATO, KFOR, karena berdiri diam ketika polisi Kosovo menggunakan kekuatan untuk melantik walikota etnis Albania di provinsi utara yang mayoritas penduduknya Serbia.
Di kemudian hari, Vucevic mengatakan bahwa tentara Serbia sedang mengerahkan unitnya di dekat Kosovo untuk mengantisipasi provokasi.
Untuk diketahui, Serbia tidak pernah mengakui kemerdekaan Kosovo dan terus menyebutnya sebagai provinsi Kosovo dan Metohija.
Serbia menempatkan angkatan bersenjatanya dalam siaga tempur penuh menyusul penyerbuan kantor kota di Kosovo utara pada hari Jumat setelah polisi Kosovo menggunakan gas air mata untuk membubarkan pawai yang dilakukan oleh etnis Serbia untuk memprotes hasil pemilu 23 April.
Jajak pendapat tersebut diboikot oleh etnis Serbia dan dinyatakan sah meskipun jumlah pemilih 3,5%.
(Resa/Sputniknews)