ISLAMTODAY ID-China bantah laporan Wall Street Journal (WSJ) yang mengklaim kesepakatan untuk membangun fasilitas penyadapan elektronik di Kuba.
Klaim tersebut mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya yang juga telah dibantah oleh Havana dan bahkan Gedung Putih sendiri.
Dalam laporan WSJ, Beijing dituding akan menggunakan pangkalan mata-mata untuk memantau situs militer AS di Florida. Selain itu, China juga akan membayar “miliar” kepada pemerintah Kuba sebagai imbalan atas hak fasilitas pengawasan, dan pada prinsipnya kesepakatan telah tercapai.
“Sudah diketahui umum bahwa AS adalah ahli dalam mengejar bayangan dan mencampuri urusan dalam negeri negara lain,” ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, seperti dilansir RT, Sabtu (10/6/2023)
Di sisi lain, dia menyatakan bahwa AS telah lama menduduki Teluk Guantanamo Kuba secara ilegal untuk kegiatan rahasia dan memberlakukan blokade di Kuba selama lebih dari 60 tahun.
Menteri Luar Negeri Kuba Carlos Fernandez de Cossio di Washington juga menolak laporan itu sebagai informasi yang benar-benar tidak berdasar dan menyebut tuduhan itu dibuat-buat.
“Kisah WSJ berisi kekeliruan yang dipromosikan dengan niat jahat untuk membenarkan penguatan blokade ekonomi, destabilisasi, dan agresi terhadap Kuba yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan menipu opini publik di AS dan di seluruh dunia,” tambahnya.
Lebih lanjut, juru bicara China kemudian mendesak para pejabat AS untuk berhenti mencampuri urusan dalam negeri Kuba dengan dalih kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia, mencabut blokade komersial dan keuangan di pulau itu sejak Perang Dingin.
(Resa/RT)