(IslamToday ID) – Pemerintah China pada 14 Juni mengumumkan telah membentuk kemitraan strategis dengan Otoritas Palestina (PA) selama kunjungan empat hari Presiden Mahmoud Abbas ke Beijing.
Xi mengatakan bahwa Abbas adalah pemimpin Arab pertama yang mengunjungi China tahun ini, dan menunjukkan hubungan bilateral “tingkat tinggi” dengan Beijing.
“Hari ini, kami bersama-sama mengumumkan pembentukan kemitraan strategis China-Palestina, yang akan menjadi tonggak penting dalam sejarah hubungan bilateral,” ungkap Presiden China, seperti dilansir dari The Cradle, Rabu (14/6/2023).
Xi menegaskan kesediaan China untuk memainkan peran positif dalam menemukan solusi abadi untuk konflik Palestina-Israel melalui pembicaraan yang melibatkan “solusi tiga poin” yang baru diusulkan.
Juru bicara kementerian luar negeri Partai Komunis China (CPC) sebelumnya juga menegaskan bahwa presiden Palestina adalah “teman lama dan teman baik rakyat China,” dan selalu mendukung Palestina dalam memperoleh hak nasional mereka.
AS Pendukung Pendudukan Israel & Penghambat Perdamaian di Palestina
Menteri Luar Negeri China Qin Gang telah menghubungi Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken untuk menegaskan bahwa keduanya harus mengesampingkan perbedaan demi memastikan stabilitas antara Tel Aviv dan Palestina.
Dia menambahkan bahwa AS harus menahan diri untuk tidak menciptakan hambatan bagi China demi persaingan.
Namun nyatanya, menurut pejabat senior Israel yang berbicara dengan Times of Israel, para pejabat AS memblokir upaya yang dipimpin oleh China di Dewan Keamanan PBB (DK PBB) pada 10 Mei untuk mengutuk serangan terbaru Israel di Jalur Gaza yang terkepung.
Selama beberapa dekade, AS secara konsisten turun tangan untuk melindungi Israel dari konsekuensi pelanggaran hak asasi manusia yang merajalela, pendudukan militer atas tanah Palestina, dan penerapan sistem apartheid yang menargetkan warga Palestina.
Sementara itu, China telah berusaha untuk memperkuat hubungan dengan beberapa negara di Asia Barat, seperti Arab Saudi, UEA, dan Iran, menjadi perantara perjanjian damai antara Riyadh dan Teheran pada bulan Maret. Langkah ini, akhirnya menghalangi pengaruh AS di wilayah tersebut. [res]