(IslamToday ID)—Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan lebih dari 45.000 petugas penegak hukum, termasuk unit khusus terlibat dalam menghadapi kerusuhan di Prancis.
“Lebih dari 300 petugas polisi dan polisi militer terluka dalam tiga hari pertama kerusuhan di Prancis,” ungkap Darmanin kepada media Prancis, Jumat (30/6/2023), seperti dilansir dari Sputniknews, Sabtu (3/7/2023).
Media Prancis pada hari Sabtu (1/7/2023) melaporkan Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne telah mendesak semua menteri kabinet untuk kembali ke Paris dan tinggal di sana di tengah kerusuhan yang sedang berlangsung.
Seorang koresponden Sputnik melaporkan Jumat (30/6/2023) malam bahwa polisi di Paris menahan orang-orang muda di jalan-jalan kota di tengah protes yang diperkirakan terjadi.
Lebih lanjut, pengunjuk rasa di Marseille menjarah toko-toko mewah pada Jumat malam dan menahan setidaknya 38 orang.
Darmanin telah meminta pihak berwenang Paris untuk memberlakukan larangan sementara atas penjualan dan pengangkutan kembang api, tabung bensin, dan bahan kimia lainnya serta bahan yang sangat mudah terbakar mulai pukul 21:00 waktu setempat (19:00 GMT) hingga kerusuhan mereda.
Pada hari Jumat (30/6/2023), Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mendesak pemerintah Prancis untuk secara serius menangani masalah rasisme dan diskriminasi yang mendalam dalam penegakan hukum setelah seorang remaja berusia 17 tahun dibunuh oleh polisi di Prancis.
Untuk diketahui, Nahel M. ditembak mati di pinggiran Paris Nanterre pada Selasa (27/6/2023) pagi setelah dia menolak untuk mematuhi perintah polisi saat lalu lintas berhenti.
Petugas yang menarik pelatuk pada remaja tersebut telah didakwa dengan pembunuhan sukarela dan ditahan. Penembakan polisi yang fatal itu memicu kerusuhan di seluruh negeri.[res]