(IslamToday ID)—Ketua komite militer NATO Laksamana Angkatan Laut Kerajaan Belanda Rob Bauer pada hari Senin (3/7/2023) mengatakan aliansi tersebut membutuhkan banyak dana untuk mempersiapkan beberapa konfrontasi dengan Rusia.
“Kita tidak boleh meremehkan Rusia dan kemampuan mereka untuk bangkit kembali, seperti yang telah mereka tunjukkan dalam sejarah beberapa kali,” ungkap Bauer, seperti dilansir dari Sputniknews, Selasa (4/7/2023).
Dia mengatakan bahwa dalam KTT minggu depan di ibu kota Lituania minggu depan, mereka akan menyetujui rencana militer regional baru yang mencakup sikap kesiapan tinggi, dan membahas bagaimana meningkatkan pengeluaran militer oleh para anggotanya.
“Kita harus pergi dan melakukan pekerjaan kita – untuk mencapai jumlah pasukan yang lebih banyak dengan kesiapan yang lebih tinggi, kita perlu berlatih melawan rencana, kita perlu memiliki kemampuan yang kita butuhkan, dan itu akan memakan waktu. ,”ungkapnya.
“Kami membutuhkan lebih banyak uang, secara kolektif, untuk membayar itu,” ujar Bauer.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa rencana tersebut akan memastikan bahwa negara-negara memiliki mekanisme meningkatkan jumlah orang yang tersedia untuk angkatan bersenjata.
Beberapa anggota NATO telah membuat peningkatan atau rencana peningkatan besar sejak operasi militer khusus dimulai pada Februari 2022.
Lebih lanjut, NATO bergegas menyalurkan senjata dan pendanaan ke Kiev dalam apa yang sejak itu menjadi perang proksi melawan Rusia.
Pada bulan Januari, Presiden Prancis Emmanuel Macron meluncurkan rencana untuk mereformasi dan mengubah militer Prancis dengan peningkatan pengeluaran sebesar 40% pada periode 2025-2030.
Pada hari Senin (3/7/2023), Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengungkapkan Berlin akan mencapai janjinya untuk membelanjakan 2% dari produk domestik bruto (PDB) tahun depan dengan anggaran militer €51,8 miliar.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg membuat seruan serupa kepada Bauer awal tahun ini, mendesak anggota untuk meningkatkan pengeluaran supaya mencapai setidaknya 2% dari PDB bruto mereka.
“Saya pikir kita harus beralih dari 2% sebagai batas atas ke 2% dari PDB sebagai batas bawah dan minimum,” ungkap Stoltenberg kepada wartawan pada bulan Februari.
Sementara itu, aliansi militer sejauh ini merupakan aglomerasi pengeluaran militer terbesar di dunia, dengan hanya satu anggota, Amerika Serikat yang menyumbang 39% dari pengeluaran militer global dengan sendirinya.
Sebagai perbandingan, Rusia hanya menyumbang 3,9% dari pengeluaran militer global, dan China menyumbang 13%.
Menurut laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Kedua negara tersebut masing-masing berada di urutan ketiga dan kedua dalam pengeluaran militer setelah AS.[res]