(IslamToday ID)—Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan serangan Israel ke kamp pengungsi Jenin diluncurkan pada Senin (3/7/2023) pagi di bawah pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin dan menewaskan 13 warga Palestina.
Operasi militer itu mengerahkan ratusan tentara, serangan pesawat tak berawak dan buldoser tentara yang merusak jalan-jalan.
Lebih lanjut, pihak Palestina memberika respon dengan lima roket ditembakkan dari Gaza yang terkepung tetapi berhasil dicegat.
“Malam ini (Selasa) seorang bintara dalam dinas tempur tewas oleh tembakan langsung selama operasi melawan infrastruktur teroris di kamp Jenin,” ungkap tentara Israel pada hari Rabu (5/7/2023), seperti dilansir dari TRTWorld, Rabu (5/7/2023)
Respon Masyarakat
Seorang koresponden AFP melaporkan pada hari Selasa (4/7/2023), ledakan terdengar dari kamp dan sebuah drone melayang di atas kepala.
“Dalam lima tahun terakhir, ini adalah serangan terparah,” ungkap Qasem Benighader.
Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut eskalasi itu sebagai perang terbuka melawan rakyat Jenin.
Selain itu, badan amal medis Doctors Without Borders juga mengutuk pasukan Israel karena menembakkan gas air mata di dalam rumah sakit Khalil Suleiman di Jenin.
Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila bahkan menyatakan tentara menembaki warga Palestina di halaman rumah sakit umum Jenin.
“Agresi Israel mencapai klimaksnya sore ini ketika warga ditembak langsung di halaman rumah sakit Jenin melukai tiga orang, dua di antaranya serius,” ungkap menteri kepada wartawan.
Pada Selasa (4/7/2023) malam, seorang juru bicara militer Israel mengatakan pasukan sudah mulai ditarik dari kamp Jenin.
Toko-toko di Jenin ditutup di tengah pemogokan umum dan jalan-jalan yang hampir kosong dipenuhi puing-puing dan penghalang jalan yang terbakar.
“Yang paling berbahaya adalah apa yang terjadi di dalam kamp, di mana tidak ada listrik, tidak ada air, dan tidak ada jalan bagi mereka yang perlu pergi ke rumah sakit,” ungkap Wali Kota Jenin Nidal Abu Saleh kepada AFP.
Selain itu, wakil gubernur Jenin Kamal Abu al-Roub mengatakan bahwa sekitar 3.000 orang telah meninggalkan rumah mereka di kamp pengungsi sejak penyerangan dimulai.
Imad Jabarin, salah satu dari mereka yang meninggalkan kamp yang dipenuhi puing-puing, mengatakan “semua aspek kehidupan telah hancur, tidak ada listrik dan komunikasi… kami terputus dari dunia sampai batas tertentu”.
Lebih lanjut, PBB mengutuk kekerasan di Tel Aviv dan Jenin.
“Pembunuhan, pencacatan, dan penghancuran properti harus dihentikan,” ungkap kepala HAM PBB Volker Turk.
Sementara itu, konflik Israel-Palestina telah memburuk sejak awal tahun lalu, dan meningkat lebih jauh di bawah pemerintahan sayap kanan Netanyahu yang mencakup sekutu ekstrem kanan.
Sedikitnya 200 warga Palestina, 26 warga Israel, satu Ukraina dan satu Italia telah tewas tahun ini. [res]