(IslamToday ID)—Swedia terus menerus ciptakan kontroversi setelah mengizinkan pembakaran Al-Quran, kali ini, permohonan untuk membakar Alkitab dan Taurat telah diajukan selain Alquran.
Menyusul pembakaran Alquran baru-baru ini di Stockholm, polisi Swedia telah menerima tiga permintaan lebih lanjut untuk membakar berbagai kitab suci agama.
Polisi Swedia menyebut masing-masing dari mereka akan diperiksa secara individual untuk melihat apakah mereka memenuhi peraturan yang berlaku.
“Pandangan kami adalah bahwa itu mungkin tidak ditujukan pada agama tertentu, tetapi merupakan bagian dari kebebasan berekspresi dan perdebatan yang sedang berlangsung saat ini,” kata Mattias Sigfridsson dari departemen kepolisian di Skane County kepada media Swedia.
Penghukuman Internal dan Eksternal
Pembakaran Al-Qur’an sebelumnya di Swedia memiliki konsekuensi politik dan secara luas diyakini telah menghambat upaya bergabungnya Swedia kedalam NATO.
Swedia telah membuat marah Turkiye akibat pembakaran Al-Quran ditambah dengan perselisihan dengan Swedia karena menyembunyikan musch Turkiye yakni teroris Kurdi.
Mantan Menteri Luar Negeri dan Perdana Menteri Carl Bildt, tokoh penting dari Partai Moderat Swedia yang berkuasa, mengatakan “tidak bijaksana” untuk meremehkan keseriusan situasi (Pembakaran AlQuran) yang mungkin timbul “jika ini terus berlanjut.”
Sebab, penodaan dan pembakaran Alquran di Stockholm selama hari raya Idul Adha menimbulkan kecaman keras di seluruh dunia Islam.
Pendekatan Swa-Kontradiksi Swedia
Pembakaran Alquran minggu lalu di luar masjid utama Stockholm oleh seorang imigran Irak adalah peristiwa yang mengikuti insiden serupa sebelumnya pada bulan Januari di mana Rasmus Paludan, pemimpin partai Garis Keras sayap kanan pinggiran, membakar Al Quran di luar Kedutaan Besar Turki.
Peristiwa tersebut semakin memperburuk ketegangan dengan Turkiye.
Sebagai tanggapan, Ankara menyebut tindakan itu “tercela” dan mengatakan tidak akan pernah tunduk pada provokasi atau ancaman.
Sejak itu, pihak berwenang Swedia telah menolak beberapa permintaan lain untuk mengadakan demonstrasi pembakaran Alquran, karena aparat keamanan negara tersebut meningkatkan kewaspadaan atas risiko keamanan yang meningkat dan bahaya bagi kedutaan di luar negeri.
Namun, pengadilan Swedia pada bulan April kemudian membatalkan keputusan polisi tersebut sejalan dengan apa yang disebut perlindungan kebebasan berbicara.
Setelah menyalakan lampu hijau demonstrasi pembakaran kitab suci baru-baru ini, pihak berwenang kemudian mengatakan mereka telah membuka penyelidikan atas “hasutan terhadap kelompok etnis.”
Inkonsistensi ini menyoroti ambigunya kebijakan dan hukum di Swedia.
Sebagai ilustrasi pendekatan Swedia yang ambigu dan bimbang, Perdana Menteri negara itu sendiri Ulf Kristersson menyebut keputusan polisi itu “sah tapi tidak pantas”. [sya]