(IslamToday ID)— Menteri Pertanian Hungaria Istvan Nagy mengatakan bahwa Bulgaria, Rumania, Polandia, Slovakia, dan negaranya mendesak Komisi Eropa untuk memperpanjang larangan impor produk pertanian Ukraina setelah 15 September.
“Mengenai pembatasan impor, Hungaria memiliki posisi yang sama dengan Bulgaria, Polandia, Rumania, dan Slovakia, bahwa Komisi Eropa harus perpanjang larangan impor biji-bijian Ukraina setelah 15 September, karena itu satu-satunya cara untuk melindungi kepentingan petani Eropa,” ungkap Nagy.
Para petani Hungaria telah menerima 15,93 juta euro ($17,9 juta) sebagai kompensasi dari UE.
Nagy mengomentari jumlah ganti tersebut masih belum sebanding dengan kerugiannya.
Dia menambahkan bahwa impor pertanian Hungaria dari Ukraina mencapai 40.000-50.000 ton per tahun sebelum 2022, sedangkan pada 2023 Ukraina telah mengirimkan beberapa ratus ribu ton ke Hungaria setiap bulan.
“Di negara-negara lain yang berbatasan (dengan Ukraina), situasinya serupa. Itu mengguncang pasar, tidak ada yang punya kesempatan untuk mempersiapkan ini,” ungkap Nagy, seperti dilansir dari Sputniknews, Ahad (16/7/2023)
Pada akhir Maret, perdana menteri Bulgaria, Hungaria, Polandia, Rumania, dan Slovakia menerbitkan surat terbuka bersama kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Surat tersebut berisi seruan langkah-langkah untuk menangkal dampak negatif dari peningkatan impor produk pertanian Ukraina.
Pada 15 April, Polandia, bersama dengan Hungaria, melarang impor produk pertanian Ukraina hingga 30 Juni, dengan alasan perlunya melindungi petani domestik dari masuknya biji-bijian murah yang tidak terkendali.
Lebih lanjut, Slovakia mengikutinya pada 17 April dan Bulgaria pada 19 April.
Pada tanggal 2 Mei, Komisi Eropa melarang penjualan gandum, jagung, rapeseed, dan biji bunga matahari dari Menteri Pertanian Hongaria Istvan Nagy ke Bulgaria, Hungaria, Polandia, Rumania, dan Slovakia hingga 5 Juni.
Langkah tersebt dalam upaya untuk mengurangi kemacetan logistik, tetapi mengizinkan peredarannya di pasar Eropa lainnya. Larangan itu kemudian diperpanjang hingga 15 September. (res)